Usia Ludi sudah 39 tahun. Yang paling tua dalam timnya. Rambutnya lurus pendek dengan beberapa uban sudah terlihat. Untuk seorang kiper, tingginya tidak begitu ideal, 175 centimeter. Kemampuannya menjaga gawang tidak luar biasa. Tapi lumayan ketimbang tidak ada. Takdir membawanya menjadi kiper sejak usia 23. Ia menjadi kiper gara-gara jago bermain voli.
Dulu, seorang pelatih tim sepakbola kampus melihatnya bertanding voli. Pelatih itu kagum atas refleks Ludi menepis smashan lawan yang bertubi-tubi. Karena kiper tim sepakbola pelatih itu sedang cedera, Ludi diminta untuk menjadi kiper cadangan. Sejak saat itu, Ludi berkali-kali menjadi kiper cadangan di berbagai klub liga tarkam. Kiper yang baru bermain ketika kiper utama cedera atau pelatih ingin mengulur waktu lewat proses pergantian pemain dalam rangka mempertahankan kedudukan. Sudah empat kali sepanjang karirnya Ludi mengalami hal itu. Masuk ke lapangan hanya untuk mendengar peluit panjang dari lapangan. Pernah juga tak sempat menyentuh bola sama kali. Bahkan pernah mendengar peluit panjang saat belum sampai ke gawang. Sudah sering ia masuk lapangan hanya untuk tos dengan kiper utama lalu balik badan untuk keluar lagi.
Ludi sudah merasakan semua kelam perasaan dalam menjadi kiper cadangan di liga tarkam. Sampai akhirnya ia mendapat kesempatan menjadi pemain profesional di tim yang menjadi peserta liga nasional. Sebuah tim yang punya banyak masalah, bahkan dengan namanya.