Kirana dan Pangeran Cinta - Into Darkness

Cancan Ramadhan
Chapter #3

Chapter 2 - Kedatangan Para Tamu

CHAPTER 2

KEDATANGAN PARA TAMU


Padepokan Teratai Putih

“Selamat siang Guru Besar..” sapa salah seorang murid.

Guru Besar Fatahillah tampak sedang duduk bersila di pendopo utama, di dampingi oleh Nyai Biru dan beberapa Guru. Murid yang tadi menyapanya kini berjalan medekatinya.

“Maaf mengganggu, Guru besar.. Ada tamu di depan.. mereka bilang di minta oleh Rama dan Krisna kesini..” katanya.

Guru besar mengangguk, dia lalu berdiri dan berjalan keluar dari pendopo bersama murid tadi. Mereka berjalan menuju halaman utama padepokan yang sangat indah dan hijau. Di sebuah pendopo kecil yang ada di sudut halaman dekat gerbang gapura pintu masuk terlihat empat orang yang tengah berbincang disitu. Ke empat orang itu adalah Profesor Bagas dan Dokter Vania yang merupakan orang tua Kirana, Yasmin yang merupakan adik Kirana dan seorang wanita cantik dengan rambut di kuncir kuda.. Dara Puspita.

Ke empat tamu itu berdiri lalu keluar pendopo untuk menyapa Guru Besar. Dara mencium tangan Guru besar yang tersenyum kepadanya.

“Guru besar..” sapa Dara.

Dara Puspita merupakan salah satu teman Rama dan Gita di masa SMA dulu, dia sempat mengalami penderitaan akibat ulah musuh besar Rama yaitu Van Vossen ( * ). Wajah Dara sebelumnya rusak karena ulah Van Vossen, lalu Kirana menolongnya dengan memberinya obat khusus dan melakukan operasi bedah plastik,  dia berhasil mengembalikan wajah Dara seperti semula.

Dara Puspita juga yang memberikan “kunci” bagi Kirana untuk bisa mendapatkan hati Rama dengan memberinya tiga nama tempat yang wajib di kunjungi Kirana, yaitu Padepokan Teratai Putih, Desa Melati Putih, dan SMA Trimurti Surabaya.

“Guru besar.. Ini adalah keluarga Kirana..” lanjut Dara. “Ini Profesor Bagas, Dokter Vania, dan abg imut ini adalah Yasmin..”

Guru Besar menyalami semua keluarga Kirana lalu mempersilahkan semuanya duduk di pendopo kecil tadi. Guru besar lalu melihat ke arah Dara.

“Menurut yang ku dengar, seharusnya Rama dan Krisna yang membawa mereka kemari setelah memalsukan kematian kedua orang tua Kirana..” kata Guru besar. “Kenapa sekarang kamu yang membawa mereka kemari ? Bahkan aku dengar Krisna juga pergi mencari seseorang..”

Dara mengangguk, “Benar guru besar.. Saya sendiri tidak tahu apa yang terjadi tapi saya dengar ada masalah serius di Melati Putih”.

“Iya itu betul..” jawab Guru Besar.

“Saya jadi merasa bersalah..” kata Dara pelan. “Saya yang menyarankan dia ke desa itu tapi saya ngga tahu bakal menjadi seperti ini”.

Guru besar terkekeh pelan, “Ini sudah menjadi ketetapan NYA.. tidak ada yang terjadi di dunia tanpa izin NYA.. Kita hanya bisa berharap segalanya akan baik-baik saja..”

“Aamiin..” jawab semuanya serempak.

“Jadi apa yang menyebabkan Rama dan Krisna tidak kemari..?” tanya Guru besar.

Dara menghela nafas sejenak, “ Begini ceritanya, Guru…”

*****

2 hari sebelumnya…

Juanda International Airport – Surabaya 

Semua penumpang pesawat yang baru datang dari Makasar nampak berdatangan di gate arrival. Profesor Bagas dan Dokter Vania yang merupakan orang tua Kirana, tampak saling berbincang ringan. Sementara Rama dan Krisna berjalan di belakang mereka. Sesaat semua seperti baik – baik saja namun kemudian wajah Rama dan Krisna terlihat sangat waspada dan pandangan keduanya menyapu semua sudut bandara yang mereka lalui.

“Kamu merasakannya ?” tanya Krisna.

“Iya..” Rama mengangguk. “Ada yang mengawasi kita..”

“Tapi aku tidak merasakan hawa jahat.. sepertinya kita hanya di awasi”

“Titip orang tua Kirana. Aku akan memancingnya keluar..”

Belum sempat Krisna menjawab, Rama sudah pergi menjauh dan hilang di tengah hiruk pikuk orang yang berjalan di sekitar bandara. Krisna pun mempercepat jalannya agar tidak tertinggal kedua orang tua Kirana yang berjalan dengan ceria dan santai. Sementara itu Rama berjalan ke arah yang berlawanan, dia tersenyum kecil sambil terus berjalan.

“Dia memang mengikuti aku..” gumamnya. 

Rama berjalan melalui koridor yang menuju ke arah toko – toko souvenir kemudian dia berhenti di salah satu toko sambil sesekali matanya melirik ke belakang. Sosok seseorang yang menggunakan jaket berwarna coklat menghampiri Rama berdiri dan kemudian dengan cepat Rama menangkap lengan orang itu dan membawanya ke sudut koridor toko lalu menatapnya. Sosok yang berjaket coklat itu adalah wanita dengan rambut di kuncir dan menggunakan topi berwarna hitam. Wanita itu tersenyum ramah pada Rama, matanya berwarna coklat muda yang indah dengan bulu mata yang cukup lentik.

“Kamu siapa ?” tanya Rama tegas. “Kamu sengaja mengikutiku.. Dan aku tidak suka di ikuti”.

“Kamu lupa siapa aku ?” tanya wanita itu balik. “Evan Rama, Pendekar Flamboyan dari Teratai Putih. Malaikat dari Timur. Arjuna dari Pandawa Lima, atau masih ada yang kurang julukan mu dari yang aku sebutkan ?”

Rama mengerutkan keningnya, dia mencoba mengingat wajah cantik wanita di hadapannya itu. Tapi dia benar-benar tidak ingat.

“Melihat ekspresi wajahmu, sepertinya kamu tidak ingat siapa aku kan ?” tanya wanita itu lagi sambil tersenyum. “Wajar sih.. terakhir kita bertemu, saat itu aku masih umur 10 tahun, sedangkan kamu sudah 17 tahun”.

Lihat selengkapnya