CHAPTER 3
KISAH MASA LALU SANG PANGERAN CINTA
“Hah ? Sapta Duta Sancaka ?” tanya Rama semakin terkejut.
“Iya.. Pangeran Cinta dulunya adalah salah satu dari Sapta Duta Sancaka.. Tujuh pendekar elit dan hebat pilihan Guru Besar untuk menjaga padepokan dari segala ancaman bahaya..” Mahardika menjelaskan. “Kamu pernah bertemu Sapta Duta Sancaka kan ? Saat kelulusan bela diri Pencak Silat, seorang pendekar hebat pilihan Guru Besar sepertimu pasti akan diminta menghadapi Sapta Duta Sancaka.”
Rama mengangguk, “Iya.. Tapi saat itu aku sangat bersusah payah melewati mereka di gua kalajengking, aku bahkan tidak sadarkan diri setelah melumpuhkan orang terakhir dari sapta duta sancaka.”
Gua kalajengking adalah gua tempat ujian akhir bagi para pendekar hebat pilihan Teratai Putih, dimana mereka harus menghadapi Sapta Duta Sancaka. Menang atau kalah bukan ukuran namun kemurnian hati dan keihklasan menjalani ujian duel itu yang menjadi tolak ukur kelulusan pendekar pilihan di Teratai Putih
“Apa yang kamu ingat ?” tanya Mahardika lagi.
“Aku melumpuhkan enam dari sapta duta sancaka tapi saat menghadapi orang terakhir, dia sangat hebat.. aku mengeluarkan jurus 18 telapak naga, dan dia mengeluarkan jurus yang sama.. Pertarungan kami cukup lama.. hampir satu jam.”
“Apa yang kamu ingat saat mengalahkannya ?”
“Aku menghantamnya dengan tepat di lehernya, membuatnya lumpuh sementara namun tidak fatal.. tapi setelah itu aku pingsan persis setelah keluar dari gua kalajengking.”
“Apa kamu pernah melihat wajah para Sapta duta sancaka ?” tanya Mahardika lagi.
Rama menggeleng, “Mereka selalu menggunakan scraft menutup wajah dari hidung ke bawah.. yang aku tahu saat itu tiga diantara mereka adalah wanita..”
Rama lalu menatap Mahardika dengan tajam.
“Atau.. jangan-jangan orang terakhir yang aku hadapi itu adalah pangeran cinta ?” tanyanya.
Mahardika tertawa kecil, “Kamu sendiri yang bilang.. Bahwa saat itu kamu menghadapinya sampai mengeluarkan Jurus 18 Telapak Naga, dan dia juga mengeluarkan jurus yang sama.. Rama, menurutmu berapa orang di Teratai Putih yang menguasai jurus 18 Telapak Naga yang melegenda itu ?”
“Hanya ada lima orang yang menguasai jurus itu..” jawab Rama. “Guru Besar Fatahillah, almarhum Ki Harun, aku, kamu Mahardika, dan satu orang yang namanya tidak pernah di sebutkan Guru Besar.. Mungkin dia pangeran cinta itu..”
“Hahahhaaha…” Mahardika tertawa mendengar teori Rama. “Kamu itu memang cerdas tapi kadang sok tahu..”
Mahardika lalu membuka sorban yang menutupi lehernya dan memperlihatkan sebuah bekas luka seperti gosong dan membentuk telapak tangan di lehernya. Rama seketika tersentak melihatnya.
“Ka.. kamu.. ?” tanya Rama kaget. “Jadi kamu orang terakhir di sapta duta sancaka yang aku hadapi saat di gua kalajengking ?”
Mahardika mengangguk, “Kamu mengalahkan aku dengan sedikit cheating kan ? Kamu menggunakan jurus 18 Telapak Naga tapi kamu ‘melapisinya’ dengan jurus tapak malaikat yang sangat jauh lebih legendaris itu ketika memukulku..”
“Karena kamu menggunakan jurus Baju besi tingkat 9 untuk menangkal semua seranganku.. yang seharusnya tidak boleh di gunakan saat ujian menghadapi pendekar pilihan di gua kalajengking..” tukas Rama. “Dan asal kamu tahu, aku hanya menggunakan 5% tenaga tapak malaikat saat itu untuk menembus ‘baju besi’ tingkat 9 mu.”
Mahardika tersenyum sambil mengangguk dan memasang kembali sorban ke lehernya, Rama mereguk kembali jus alpukat di hadapannya lalu kembali menatap Mahardika.