Haneda Airport Terminal 1F,
Akhir September 2018.
“Beneran yah kita di Jepang sekarang”, Berkata seorang anak laki-laki umur 20 tahun sambil melihat papan eletronik “Welcome to Japan” di dinding menuju tempat pengambilan bagasi.
“Gila! bersih banget juga toilet di bandara sini, terus tombolnya banyak banget! Bisa keluar lagu pula haha!” anak perempuan umur 23 tahun itu menimpali sambil menguncir kuda rambutnya dan membuka jaket tipis yang dipakainya selama di pesawat. Toilet di Jepang memang menyajikan pengalaman terbaik bagi semua pemakainya.
Kirari tersenyum melihat dua orang di depannya yang selama 8 jam lalu telah berubah dari dua orang asing menjadi seperti adik kecil baginya. 8 jam penuh di pesawat yang Kirari mengira bisa dilewatkan dengan banyak menulis target dan berkontemplasi, justru berubah menjadi talkshow bersambung karena dua orang ini duduk mengapit seru Kirari di kanan dan kiri.
Reza dan Kanna nama mereka. Reza adalah mahasiswa pertukaran tahun ke-4 berasal dari Institut Teknologi Bandung. Mahasiswa jurusan elektro ini adalah peserta program YSEP (program pertukaran mahasiswa S1 selama setahun) di Tokyo Tech bersama 5 mahasiswa ITB lain. Sementara itu, Kanna adalah mahasiswa S2 tahun pertama dari Universitas Indonesia.
Rencananya Kanna akan mengambil riset tentang industri aviasi yang lab-nya berada di gedung Midorigaoka, sama seperti Gala.Di pesawat yang membawa mereka menuju Haneda banyak yang diceritakan, mulai dari alasan berkuliah ke Jepang, apa yang ingin dilakukan di Shibuya, hingga bagaimana mereka akan sampai ke asrama masing-masing ketika sampai di bandara Haneda pagi hari ini.
“Teh Kirari, berarti teteh langsung naik si bis keiyu itu ke Stasiun Tama Plaza, lalu ada senior lab orang Jepang yang jemput disitu?” Kata Reza.
“Baik banget sih temennya Mbak, kok gak ada orang Jepang yang menyambut kita juga yah?” Kanna merasa sedikit kecewa karena dia berharap ada teman lab yang langsung menjemput di Stasiun.
“京急, Keikyuu Basu, Reza. Menuju ke Tama Plaza langsung. Yuk, kalian bisa bareng saya sampai Tama Plaza, dari situ saya tunjukkan bagaimana bisa ke kampus, saya temani sampai ke peron keretanya”, Kirari berusaha memberikan solusi pada Reza dan Kanna dan disambar langsung suara dari belakang.
“Tidak perlu Kirari, mereka bisa bareng saya sampai Tama Plaza. Karena saya pun juga dijemput disitu oleh senior Indonesia saya" Gala berkata sambil menatap Kirari sekilas dan mengecek jam tangannya. “Yuk, kita harus cek jadwal bis nya biar ga ketinggalan.” Saat berkata seperti itu, Gala terlihat sepuluh kali lebih keren dari biasanya.