Kirari

IBU KYOKO
Chapter #5

05. Pertemuan awal yang ambisius

Nagatsuta,

Akhir September 2018.

 

Rie melaju dengan Mazda CX-8 nya menuju daerah Nagatsuta sesuai yang sudah diarahkan Okuda Sensei pada email. “Oh, panggil saya cukup dengan Rie, jangan panggil Kurihara-san. Rasanya jauh sekali hubungan kita jika seperti itu.” Rie terdengar cool  sekali saat berbicara seperti itu. Di Jepang, pemanggilan nama menentukan tingkat kedekatan seseorang. Jika baru pertama kali bertemu akan cenderung menggunakan nama keluarga ditambah kata "-san", sementara jika sudah kenal cukup jauh, akan menggunakan nama depan. Namun, orang Jepang yang pernah mengeyam pendidikan luar negeri, cenderung akan memperkenalkan dirinya dengan nama depan. Seperti yang Rie katakan pada Kirari.

“Untuk sampai ke daerah Nagatsuta hanya butuh 14 menit, tidak jauh. Oiya, kenapa kamu memilih tinggal di Nagatsuta? kenapa tidak tinggal di asrama yang lebih dekat?” Rie penasaran karena mahasiswa baru Tokyo Tech Okayama Campus biasanya memilih tempat tinggal sekitar Senzoku-Ike. Butuh waktu satu jam lewat dari Nagatsuta menuju Kampus Kirari di Ookayama. 

 “Sebenarnya asrama saya di daerah Odaiba, Tokyo International Exchange Center tepatnya, namun baru bisa ditempati 14 hari dari sekarang. Sehingga saya menumpang pada kenalan orang Indonesia yang tinggal di dekat Stasiun Nagatsuta. Saya sudah bilang ke Sensei kalau jarak tempuh dari Tama Plaza ke Nagatsuta sangat dekat sehingga tidak perlu untuk dijemput, tetapi Sensei bersikeras..” Kirari merasa tidak enak karena terlihat manja sekali dia harus diantar dalam jarak dekat.

“Sensei memang sangat baik. Tidak mungkin membiarkan mahasiswa asing untuk kemana-mana sendirian..apalagi menggeret koper." Rie tersenyum sekilas ke Arah Kirari yang Kirari bingung apakah senyuman ini sinis atau benar usaha untuk menghapus kekhawatiran juniornya.

“Kamu beruntung masuk lab ini, karena akan banyak senior yang akan semangat membantumu. Lingkungannya benar benar mendorong kamu untuk maju.” Kirari menatap mata Rie yang berapi-api saat berbicara. “Kalau kamu ingin mencetak banyak paper dan ikut konferensi, pilihan tepat masuk ke Lab ini. "Mata Rie menatap lurus ke arah jalan. “Karena dari M1 (mahasiswa studi master tahun pertama), kamu akan diminta untuk ikut konferensi dan diminta membantu menulis paper bersama mahasiswa doktoral.”

Kirari merasa sakit perut mendengar kalimat yang dilontarkan Rie. Bukan tentang “bagaimana penerbangannya tadi, bagaimana makanan di pesawat”, obrolan pertama justru tentang bagaimana suasananya lab-nya nanti. Namun, jika obrolan Kirari berubah menjadi sesuatu yang receh, mau dikata apa orang Indonesia nanti? 

“Lalu isi lab dari Hashimoto Sensei ada berapa orang?” Begitulah akhirnya kalimat basa-basi yang keluar dari mulut Kirari. Sebenarnya dia sudah tahu siapa saja yang ada di labnya, karena dia sudah mencerna dengan baik isi website lab-nya. Ada 4 perempuan dan 2 laki-laki di lab-nya. 3 Orang Jepang, 1 orang India dan 1 orang korea selatan. Ditambah Kirari, maka ada 4 orang perempuan. 

“Oh, kita akan ada sesi perkenalan khusus tentang itu, namun dimulai dari September ini,associate professor dari Okuda Lab akan ada yang khusus ditunjuk menemani kita 2 tahun ini karena Hashimoto Sensei dan Okuda Sensei ada proyek bersama, sebuah proyek besar punya pemerintah." Wah informasi itu baru Kirari dengar, mungkin informasinya belum masuk di website.

 Tapi saat ini dia tidak peduli, dia hanya ingin segera tidur. Kursi empuk dan pendingin cukup membuat Kirari mudah sekali menguap. Menengadah dia ke atas terlihatlah dari kaca muka lelah seorang gadis umur 26 tahun yang amat jelas. Kalau orang sempat melihat Kirari dan Rie berdiri samping-sampingan, tak salah jika ada yang menyangka mereka adalah putri dan dayang. 

 “Hmm..nanti Sensei akan mengumumkan anggota dari tim kecil untuk mengerjakan proyek besar itu. Jika risetmu tidak jauh dari potensi pariwisata, kemungkinan besar kau akan disupervisi oleh Assistant Professor paling gemilang yang ada di fakultas kita. Dia masih sangat muda namun luar biasa sekali.” Kirari melihat perubahan rona pipi pada Rie ketika mulai membicarakan associate professor tersebut. “Jangan naksir dia ya, dia itu sudah punya saya.” Dari cara bahasa yang berani yang seperti ini, nampaknya Rie memang sudah cukup banyak mengambil kultur luar negeri.

Lihat selengkapnya