Hall A,Gedung W10,
Tokyo Institute of Technology
Minggu Pertama Oktober 2018.
Kirari berkeliling melihat makanan yang disajikan di atas meja. Menurut informasi kepala program, sudah lumrah bagi fakultas untuk menyediakan beberapa opsi "halal-friendly menus" bagi mahasiswa baru, apalagi dengan makin banyaknya mahasiswa dari negara mayoritas muslim yang masuk ke Tokyo Institute of Technology atau yang biasanya disingkat Tokyo Tech/Tokodai.
Samosa, Kebab, dan Chicken Tikka, tiga makanan yang dilabeli “muslim friendly” oleh panitia. Kirari sedikit melihat kecendrungan orang Jepang untuk melihat makanan India sebagai opsi menu yang aman bagi muslim. Tidak ada rasa kecewa, Kirari sangat bersyukur bahwa panitia pesta tidak memilih udang rebus dan sayuran sebagai satu-satunya yang bisa dimakan muslim.
Di sisi kiri, Kirari melihat beberapa botol minuman beralkohol disandingkan dengan jus jeruk, kemungkinan besar digunakan untuk prosesi “kanpai” atau bersulang. Mengetahui bahwa botol minuman haram ditaruh pada ruangan yang sama dengannya, sudah menjadi tanda bagi Kirari bahwa berlama-lama disana bukanlah pilihan nyaman untuknya.
18.10 JST, pesta penyambutan sudah berlangsung 10 menit dan semua hadirin sudah dipersilakan mengambil makanan. Melihat kiri dan ke kanan, Kirari mencoba mencari sesama mahasiswa baru untuk mengobrol. Tidak ada yang menggunakan jilbab dan berbahasa Indonesia lagi selain Kirari, memang kalau dilihat dari grup komunikasi LINE PPI Tokodai, hanya dia satu-satunya WNI di fakultas ini.
Melirik ke kanan, dilihatnya seseorang laki-laki yang menepi mengambil kue dengan tangan kirinya, lalu sebelah kanannya memegang mugicha (teh gandum). Song Yu Joon, nama laki-laki itu, mempunyai perawakan cukup tinggi, mungkin 180 cm. Rambut berombaknya sedikit diberi warna oranye yang cocok dipadukan dengan kacamata warna cokelat mudanya. Dia menggunakan celana “slim-fit" khas jepang dipadukan dengan kemeja dan jas warna abu. Merasa sedang diawasi,akhirnya laki-laki itu menyapa Kirari terlebih dahulu dengan ramah.
“Hai, apakah kamu anak baru juga? Saya Yu Joon dari Korea, saya murid dari Hashimoto Sensei."Yu Joon menyapa akrab Kirari dengan bahasa Inggris yang amat baik. “Iya, wah senang akhirnya bertemu dengan teman satu lab, Saya Kirari dari Indonesia dan murid Hashimoto Sensei juga.” Kirari merasa senang karena tidak merasa sendirian lagi dan berharap sampai selesai pesta penyambutan mahasiswa baru ini, Yu Joon bisa menjadi “teman mahasiswa baru" yang baik.
“Wah, ada satu mahasiswa baru lagi yang akan menemani kita, namanya Rahul dari India. Sayangnya, hari ini dia tidak datang. Dia bilang ke aku kalau hari ini jadwal baito (kerja paruh waktu) nya. Tetapi, dia mengaku ke Hashimoto Sensei kalau dia sedang tidak enak badan. Kau tahu kan? bahwa baito itu seharusnya tidak boleh menabrak jadwal apapun." Perlu waktu lama untuk Kirari mencerna penjelasan Yu Jun. Namun satu hal yang Kirari bingung adalah..
“Eh, kalian sudah mengenal sejak lama?” Jiwa ingin tahu Kirari mulai muncul.
Yu Joon meneguk mugicha-nya hingga habis dan melanjutkan pembicaraan. “ Saya sudah di Tokyo sejak satu tahun setengah lalu. Mengambil kelas persiapan Bahasa Jepang selama satu tahun di Shinjuku, lalu mengikuti program research student selama enam bulan.
Hari ini saya resmi menjadi mahasiswa S2 setelah lolos ujian sebagai research student , akhirnya!”Kirari bisa dengan jelas melihat wajah sumringah Yu Joon seolah masuk S2 merupakan prestasi terbesar hidupnya. Mengetahui bahwa Yu Joon sempat mengambil kelas persiapan bahasa, Kirari berfikir kemungkinan dia orang kaya atau sponsor beasiswanya sungguh luar biasa. Hmm…
Tidak semuanya di Jepang memulai kuliah dengan menjadi murid S2 atau S3. Beberapa beasiswa atau fakultas mensyaratkan mahasiswanya untuk mengikuti fase “research student” selama 6 bulan. Kadang, ada beasiswa yang bisa membiayai fase research student ini, tetapi ada juga yang tidak.
“Lalu Rahul, dia juga sama seperti saya. enam bulan sebagai research student dahulu. Kami berdua sama-sama tidak disokong beasiswa, tetapi Rahul bertahan dengan bekerja siang dan malam.” Yu Joon mengatupkan bibirnya dan tersenyum. “Berarti kita bertiga akan melewatkan dua tahun ke depan bersama-sama?” Yu Joon mengangkat tangan kanannya bersiap untuk melakukan high-five dan disambut Kirari dengan mengarahkan gelas yang ada kirinya ke tangan Yu Joon dan itu seketika membuat Yu Joon tertawa.