Kampung Kebon Bibit,
September, 2011.
Salah satu program kerja dari Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB adalah membuat mural di kampung Kebon Bibit. Thalhah mengajak Kurokawa karena sesuai permintaannya, “Tolong perlihatkan saya berbagai sisi kegiatan mahasiswa di Indonesia”.
Tidak lupa Thalhah mengajak Kirari, tentu karena fungsinya sebagai penerjemah bagi Kurokawa di saat Thalhah terlalu sibuk bersama Gala mengatur mahasiswa di lapangan. Kelompok pembuatan mural dibagi menjadi menjadi 5 kelompok dengan komposisi 7 orang, dan Kurokawa berada dalam satu kelompok 3 yang isinya semuanya wanita. Terbayang, kan?
“Yang sebelah lo ini tuh...yang katanya si Anggun, akhlaknya bikin orang lupa sama muka rupawannya?” Hesti menggeser kaleng cat warna biru ke arah kiri agar mudah digapai oleh Kirari yang akan mengecat bagian awan.
“Hahahaha sadis juga si Anggun. By the way, makasih cat-nya ya.” Kirari melirik ke arah kirinya. “Si Kurokawa ini tapi magnetnya kencang yah. Daritadi gue lihat, dia tidak pernah sendirian, selalu dikelilingi oleh setidaknya 3 mahasiswi. Sampai-sampai kita merasa satu kelompok ini kita berdua saja.” Kirari masih melirik ke arah yang sama.
“Yang gue bingung adalah kenapa yang kerudungnya panjang juga agresif gitu yah mengajak ngobrol dengan bahasa Inggris? Kalau dengan orang asing tidak menurunkan pandangannya sama sekali..” Hesti tidak bisa lagi menahan kekesalannya.
Perkataan Hesti pun membuat Kirari terdiam. Karena memang apa yang Hesti lihat adalah yang Kirari lihat.“Mungkin mereka maksudnya ingin memberikan impresi bahwa muslimah itu ramah, Hes.” Kirari mencoba memberikan pandangan lain yang langsung disambar oleh Hesti,
“Memang lo tuh orang paling berfikir positif se-Bandung Raya.”
Sudah mulai masuk jam dzuhur dan kegiatan membuat mural dihentikan sementara untuk mempersilakan peserta untuk salat dzuhur dan makan siang. Kirari sedang tidak salat dan dia sukses terperangkap bersama Kurokawa menunggu di depan mural dari Kelompok 3.
“Kirari tidak ibadah?” Kurokawa tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
“女の子の日です(secara arti langsung: hari perempuan), saya sedang menstruasi.“Kirari membetulkan jilbab birunya sambil menoleh ke arah musholla, berharap Hesti menyelesaikan salat dzuhur dengan cepat.
“Hee..Tuhanmu baik ya. Perempuan diberi istirahat sebulan sekali.” Kurokawa lalu mengambil cokelat dan tisu basah dari dalam tasnya. “Kangen cokelat Jepang? Ini buat kamu.” Kurokawa menaruh satu kotak cokelat di depan kaki Kirari yang bersila. ”Oh, ini sebelumnya bersihkan tanganmu dengan tissue basah.” Seumur hidup Kirari baru kali ini dia melihat ada seorang laki-laki yang membawa tisu basah kemanapun.
"Siapa tahu cokelat bisa membuat mood lebih baik hari ini. Ada yang bilang saat menstruasi datang, mood perempuan akan luar biasa moody. Itulah kenapa daritadi dirimu sinis melihat saya dari kejauhan ya.” Kirari tersenyum sedikit, ingin sekali disambarnya, “Karena gara-gara kamu,mahasiswi lain kerjanya jadi tidak fokus!”