Awal Desember,
2018.
Awal Desember, daun-daun di kampus sudah resmi menguning dan pelan berubah cokelat. Beberapa sudah menuntaskan tugasnya dan jatuh berguguran di aspal membuat sebuah kontras warna yang mengundang semua pengguna Instagram untuk mengambil foto.
Kirari berjalan pelan-pelan menuju turunan dekat gedung fakultasnya. Bukan karena ingin menikmati daun yang berguguran, tetapi takut setumpuk buku tentang ethnography dan jurnal ilmu sosial dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris yang dia bawa itu jatuh bergelimpangan. Sebukit bahan belajar tersebut berhasil dipinjam dari perpustakaan resmi Universitas Waseda dan Hitotsubashi yang lebih lengkap isi referensinya dibandingkan perpustakaan Tokyo Tech.
Kirari adalah seorang yang perfeksionis, sebenarnya dia bisa saja membuat laporan seadanya, namun dia tidak mau kelihatan bodoh di samping Yu Joon yang sangat cerdas dalam membuat analisis. Ataupun Rahul yang terkesan cuek namun bahasa Inggris dan Jepang level pujangganya membuat orang terlena membaca tulisannya.
Hmm.
Revisi sedikit.Sebenarnya dia bisa saja membuat laporan seadanya, namun tidak untuk kelas Kurokawa Sensei. Luruskan niatmu, Kirari!
“Kirari!” Seseorang menghentikkan langkah Kirari dengan sapaannya. “Udah lama saya ga lihat kamu.” Gala menyamakan posisi berdirinya dengan Kirari, dan tanpa aba-aba langsung membawakan buku yang dipegang wanita di depannya tersebut.
“Saya yang bawa, meskipun saya tau kamu kuat.” Kirari tersenyum mendengar jawaban Gala. “Terimakasih Kak Gala yang bisa diandalkan.” Balasan Kirari sukses membuat Gala menjadi jomblo paling bahagia se-Tokyo Raya. Gala melihat buku teratas yang berada dalam dekapannya, buku karya Emerson tentang Writing Ethnogrpahic Fieldnotes.
Buku yang tidak mungkin dia lupa karena itu adalah buku yang dititipkan Kurokawa padanya 7 tahun lalu saat di Campus Center Barat.
“Hmm, Ryoma Kurokawa, yang 7 tahun lalu pernah tinggal dirumah kamu..Saya sepertinya pernah lihat dia di sekitar kampus ini.” Gala ragu percakapannya kurang tepat. “Haha, iya. Kau masih ingat dia? Saat ini dia menjadi sensei di fakultas saya. Saya ikut dua kelas dari Kurokawa Sensei.” Kirari mendekatkan jarak jalannya agar bisa mengambil buku dari dekapan Gala. “Terimakasih, sangat terbantu.”
“Sensei, aneh sekali ya memanggil dia Sensei. Biasanya kita memanggilnya hanya dengan Ryoma, bahkan terkadang sok akrab dengan memanggil Ryo saja.” Gala tertawa garing yang tidak bersambut.
“Dia mungkin tidak terlalu ingat dengan kita juga,” Kirari berkata dengan nada tajam tetapi bibirnya tersenyum. “Ah,Begitukah...” Gala berfikir cepat untuk mengakhiri percakapan yang tidak dia harapkan ini. “Nanti saya akan ada message penting untukmu, tolong segera di cek LINE nya.”
Pemilihan ketua PPI Kanto akan segera dimulai dan Gala butuh pemikiran dan dukungan moril Kirari untuk maju dalam masa kampanye. Sebenarnya bukan untuk maju dalam masa kampanye saja, tetapi untuk segala halnya.
Sorenya di hari yang sama, Kirari pergi menuju gedung W8 student service yang berlokasi 20 langkah dari gedungnya. Dipikirannya saat itu hanya satu: mendapat informasi terkini tentang pertukaran pelajar. Dirinya sudah menyicil beberapa laporan yang akan dikumpulkan sebelum libur musim dingin, dengan tujuan agar mempunyai waktu tambahan untuk mengisi aplikasi Summer School.
Kirari berdiri di loket bertuliskan “Student Exchange Information” dan menunggu sang petugas, Kidokoro-san, mengambilkan pamflet tahun 2019-2020. Kidokoro-san sibuk menuliskan informasi untuk Kirari pada selembar kertas, memastikan sang gadis tidak salah tangkap meskipun Kidokoro-san yakin Bahasa Jepang Kirari termasuk yang paling bagus di antara mahasiswa asing di Tokyo Tech.