Kurokawa mengajak Kirari dan Kanna ke lantai 9 di Tobu Department Store, tempat diadakannya pameran Shibori dari daerah Kyoto dan Arimatsu. Kurokawa tahu bahwa untuk seseorang yang melakukan riset di bidang kerajinan tradisional, pergi ke pameran itu penting untuk menambah pengetahuan.
Lagipula dia ingin Kirari menjadikan kesempatan ini untuk mengobrol dengan pengrajin secara langsung. Begitu Kirari keluar dari elevator, dirinya langsung disambut oleh berbagai macam kain shibori yang digantung di dekat langit-langit, di ujung pandangan matanya terdapat etalase kimono shibori dari Arimatsu dan Kyoto yang disusun secara indah berdasarkan gradien warna. Melihat motif kimono lewat hasil cetak di buku saja sudah indah, namun melihat langsung dengan mata sendiri sungguh suatu level yang berbeda.
“Kau tahu kan apa yang membedakan kain shibori dari Kyoto dan Arimatsu?” Kurokawa bertanya kepada Kirari sambil berjalan ke arah etalase kimono. “Kyoto terkenal akan teknik Kyo-kanoko Shibori, sementara Arimatsu punya beberapa teknik andalan..” Kirari tidak begitu yakin dengan apa yang dia jelaskan, dia baru membaca 4 artikel mengenai industri shibori.
“Kyoto lebih terkenal akan shibori dari sutra,” berkata Kurokawa sambil menunjuk sebuah kimono sutra yang begitu cantik, yang diatasnya diaplikasikan teknik Kyo-Kanoko Shibori 京鹿の子 dengan tekstur berbintik.
Kirari membayangkan betapa beruntungnya jika dia bisa menggunakan kimono sutra yang amat cantik, dengan penampilan yang sangat elegan ikut menghadiri upacara minum teh.
Kirari lalu melihat di sebelah kanannya terdapat penjual payung anti-ultraviolet yang bermotif Tesuji Shibori. Kirari mendekat ke penjual tersebut dan mengambil satu payung yang paling dekat dengannya, lalu Kurokawa memintanya untuk mengecek harga yang tertera pada barang tersebut.
“15.000 yen atau setara…1.700.000 rupiah…”Kirari mengernyitkan dahinya sambil mengecek dua kali, jangan-jangan matanya otomatis menambahkan angka nol pada label harga tersebut.
“Dan bukan buatan Jepang, “Kurokawa melihat ada tulisan "中国製 Chuugokusei” alias buatan China pada bagian belakang label harga.
“Kenapa buatan China bisa semahal itu?” Kanna juga tidak bisa menyembunyikan keheranannya. “Tidak semua bagiannya adalah produksi China. bagian badan payung bisa saja buatan Jepang, itu yang membuatnya mahal. Namun, proses pembuatan kain Shiborinya, biasanya di "lempar" ke luar negeri.Kebanyakan Vietnam dan China."
Penjelasan Kurokawa ini membuat Kirari heran, “Karena biaya pengrajin Jepang mahal? Tetapi kan, ketika seseorang membeli kerajinan tangan karena ingin memegang karya pengrajin lokal.”
Terhadap pertanyaan Kirari tersebut, Kurokawa pun tidak mengetahui secara pasti. Masih panjang perjuangan yang harus dilakukan untuk kembali menggiatkan pengrajin lokal agar laku di negaranya sendiri.
Jam menunjukkan pukul 12 siang dan Kurokawa menawarkan Kirari dan Kanna untuk menepi melaksanakan ibadah salat Dzuhur. Kurokawa pun pamit untuk pergi ke kamar mandi dan pergi sebentar, “Untuk melakukan sesuatu, “katanya. Mereka bertiga bertemu kembali 20 menit kemudian dan sepakat untuk makan siang bersama di sebuah restoran muslim di dekat Stasiun Ikebukuro.
Menu utama yang dijual pada restaurant tersebut adalah makanan laut dan berbagai pilihan penganan manis. Mereka memilih duduk di kursi untuk 4 orang, dengan Kirari memilih duduk bersebrangan dengan Kurokawa.
“Ada yang ingin kalian pesan? Hari ini saya yang bayar.“ Kurokawa terlihat keren sekali di mata Kanna dan Kirari ketika menawarkan ini.
“Tidak usah, serius.” Kirari berkata, “Saya ada beasiswa”.Kurokawa tetap menjaga muka tanpa ekspresinya. "Saya mentraktir bukan karena kasihan, hanya untuk mengapresiasi." Kirari bingung harus berkata apalagi.
“Oh, tapi makan saya banyak. Sebelum makan utama, saya biasanya makan..”belum selesai Kirari menyelesaikan kalimatnya, Kurokawa sudah membalasnya
“Makan kue sebelum makan utama, kan?”Susah untuk tidak tersipu ketika Kurokawa mengatakan hal itu. Kurokawa ternyata masih ingat kebiasaan Kirari.
Mungkin saja, Kirari. Ingat! Dia seorang yang cerdas, dia punya ingatan kuat!
Jangan lupa dia seorang Asisten Professor yang harus tau sifat dan watak muridnya.
Jangan berfikir lebih!
Kirari merasakan seperti ada yang berdebat di dalam kepalanya
“Hmm…kalian sudah lama saling mengenal ya?” Kanna merasakan ada sesuatu koneksi yang aneh antara Kurokawa dan Kirari. “Ya, kami bertemu di Bandung, tetapi sudah lama.” Kirari menjawab pendek
“7 tahun lalu kami bertemu di Bandung, saya menginap di rumahnya selama sebulan.” Kurokawa lalu bangkit dan meminta izin untuk mencuci tangan ke washtafel yang berada di ujung ruangan.