Kirari

IBU KYOKO
Chapter #18

18. Buku dengan Wangi Lavender

Kirari memberanikan diri untuk meng-email Kurokawa. Entah sejak kapan cara menulis email Kirari menjadi panjang dan berputar seperti orang Jepang, lihatlah email Kirari di bawah ini: 

To: kurokawa.r@titech.ac.jp 

From: kirari.s@titech.ac.jp

Konnichiwa

Selamat siang, 

Ini Kirari dari Hashimoto Lab. Saya mengetahui email Kurokawa Sensei dari Kidokoro-san di Student Exchange Service.Mohon maaf saya mengemail di hari Minggu.

Saya mengirimkan email karena saya membutuhkan buku atau paper referensi mengenai Mashiko Pottery atau Arita-Imari Pottery. Berdasarkan informasi berbagai pihak, saya mengetahui jika Kurokawa Sensei saat S3 membahas mengenai pottery, sehingga saya akan sangat berterimakasih jika Kurokawa Sensei bersedia meminjamkan buku. 

Mohon maaf saya menyusahkan, 

Terimakasih banyak, 

Kirari Sofina 

lima menit kemudian, Kurokawa mengirimkan balasan:

To: kirari.s@titech.ac.jp 

From: kurokawa.r@titech.ac.jp

Selamat siang,

Datang saja langsung ke ruangan R12 di lantai 5.

Tidak usah terlalu formal. 

Oh, kau mendaftar untuk summer school ke Yonsei? Semoga lancar. 

Kurokawa黒川

“Balasan orang ini benar tidak ada basa-basinya sama sekali.” Meskipun Kirari menganggap demikian, tetap dia tidak bisa menampik ada rasa bahagia kecil di dirinya setelah Kurokawa menambahkan dua kata, “semoga lancar”, pada ujung email. Kata penyemangat yang dituliskan Kurokawa nampaknya memang menjadi booster bagi Kirari, hari ini perempuan itu berhasil bertahan di lab hingga pukul 22.00

Senin, 24 Desember 2018

Keesokannya hari Senin, ritme Kirari tidak berbeda. Setelah selesai menyelesaikan laporan untuk kelas Okuda Sensei, maka hari ini adalah waktu untuk mengejar laporan kelas Kurokawa dan kelas penunjang lain. Yu Joon izin pulang terlebih dahulu karena ibunya mengajak untuk melakukan video call pukul 7 malam, dan dia tidak ingin Ibunya murka mengetahui dia masih ada di kampus ketika langit sudah gelap. 

“Bagaimana nanti kalau kau sakit dan Ibu tidak bisa membuatkan bubur untukmu.” Begitulah Yu Joon menirukan ucapan dari Ibunya.

Rahul, tentu saja pulang lebih dahulu karena mengejar jatah kerja sambilan ekstra di malam natal. Bahkan dia sudah izin tidak datang hingga tanggal 27 Desember karena mengambil pekerjaan sebagai penerjemah bagi turis yang berkeliling ke Tokyo-Osaka-Kyoto. Terkadang, Kirari bingung mengapa Rahul harus bekerja ekstra sampai seperti itu, karena info terakhir yang dia dengar, meski Rahul tidak mendapat beasiswa, tetapi dia mendapat tangguhan penuh biaya kuliah. 

“Ngomong-ngomong.” Rahul mengeluarkan tujuh kertas kupon dari dalam sakunya. “Aku sudah berhenti kerja sampingan di Izakaya. Entah, mungkin setiap kali aku melihat sake, aku selalu ingat Kirari.” Kirari dan Yu Joon tidak bisa tidak tertawa kecil mendengar perkataan Rahul.

Terlebih Kirari, yang sejak mengetahui bahwa Rahul adalah seorang muslim, dia selalu berfikir bagaimana cara menyadarkan temannya itu untuk tidak mengambil pekerjaan yang dekat dengan alkohol. Sungguh, Allah itu Maha Mendengar.

“Ada kedai India halal di dekat shoutengai distrik belanja dekat Stasiun Okayama. Pernah lihat? Aku akan bekerja di sana mulai akhir tahun ini. Ini kupon makan khusus mahasiswa Tokyo Tech.” Rahul membagikan satu kepada Yu Joon dan 6 kepada Kirari. “Aku bagikan banyak ke Kirari, karena aku tahu orang Indonesia suka kumpul-kumpul, kan?” 

Lihat selengkapnya