7 Januari 2019
Kirari menatap yang dia ketik di laptopnya. Lepas libur musim dingin ini dia masih belum bisa menemukan pertanyaan riset yang dijadikan acuan proses studi lapangan. Padahal, studi lapangan pertama Kirari ke Arimatsu akan dilakukan 6 hari dari sekarang dan dia ingin membuat persiapan yang sempurna.
Kirari memijat matanya dengan tangan dan mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan. Lab Kirari sudah kembali ke kondisi normal dengan Yu Joon ada di sebelah kanan mejanya dan Rahul di seberangnya. Hanya saja, hari ini Kirari tidak mendengar bunyi lagu dari laptop Rahul karena mahasiswi doktoral sedang lengkap berada di ruangan.
Rika, Yurie, dan Rie sedang sibuk di depan komputer masing-masing dan konsisten sibuk sejak Kirari masuk ke dalam lab pukul 09.00 JST. Hari ini adalah jadwal laporan perkembangan riset mahasiswa doktoral dan nampaknya perhatian mereka tersedot pada laporan tersebut. Lihat saja, dua dari tiga tidak sempat berdandan sebelum ke kampus, sehingga sampai-sampai menggunakan masker untuk menutupi muka yang tidak sempat diberi bedak dan pewarna.
Yu Joon, yang rambutnya kembali dicat hitam dari yang sebelumnya oranye, menyapa Kirari dari samping kanannya. “Sudah baca email Kurokawa Sensei?” Bukan hanya rambutnya yang baru, tetapi kacamata Yu Joon juga baru. Kali ini bingkai kacamatanya berbentuk trapesium di atas dan bulat dibawah, dengan list tipis warna biru muda.
“Wah, kau sadar megane (kacamata) baruku?” Yu Joon memegang bingkai kacamata yang terlihat mahal tersebut. “Model terbaru 2019 untuk menyambut musim semi dan panas."
"Tapi sekarang kan baru memasuki akhir musim dingin, kenapa Jepang sudah membuat tren untuk musim semi dan panas? Memang negara ini selalu semusim lebih maju,” Kirari tertawa tipis melihat Yu Joon yang bangga sekali dengan kacamata barunya.
“Oh, email Kurokawa Sensei, aku sudah membacanya. Jadi tanggal 13 ini kita akan ke Arimatsu dan Inuyama?” Kirari membuka emailnya kembali, takut dirinya salah membaca jadwal.
“Kau ke Arimatsu, sementara aku dan Rahul ke Inuyama. Jangan lupa persiapan yang matang, kau pertama kali ke Arimatsu sana, kan?” Yu Joon mengingatkan Kirari karena mengetahui jika temannya ini meskipun cerdas namun mempunyai sifat pelupa di atas rata-rata warga dunia. Termasuk kerap lupa untuk membawa kartu mahasiswa agar bisa masuk ke dalam gedung fakultas di hari libur, sehingga acap kali Yu Joon harus turun ke bawah membukakan pintu untuk Kirari.
Jam dua sore Kirari duduk di lounge lantai 5 sambil memakan jeruk tanpa biji yang menjadi penganan favoritnya di musim dingin. Duduk 5 menit dan tanpa sadar sudah empat jeruk kecil yang masuk ke mulutnya. Kirari memakan jeruk dan meneguk air hangat bergantian karena tenggorokannya sudah terasa mulai sakit selama empat hari ke belakang. Begitulah jenis drama musim dingin yang akan berlangsung hingga Februari mendatang: sakit tenggorokan dan bibir pecah-pecah.
Tangan kanannya mengambil kertas berisi panduan tugas kelompok untuk Ujian Akhir Semester (UAS) dari kelas Okuda Sensei, kelas yang mungkin paling menyenangkan setelah kelas Kurokawa Sensei, karena Sensei—dan asisten kelasnya— selalu bisa menyajikan sisi terbaru tentang kehidupan dan budaya Jepang.
Untuk UAS kali ini, kelas Kirari akan mengunjungi Arimatsu dan Inuyama, dua daerah di Nagoya yang terkenal akan bangunan tradisional dan potensi wisatanya. Untuk orang yang begitu ingin pergi ke Nagoya kembali dengan gratis (karena bagian dari tugas kuliah), tentu kesempatan emas ini akan digunakan olehnya. Nagoya adalah tempat tinggal Kirari selama tiga tahun terakhir, sebelum akhirnya bersama keluarga menetap kembali di Indonesia. Rindu sekali Kirari akan suasana kota itu..