7 Januari 2019
15.00 JST
Kirari berjalan ke ruangan labnya di Gedung W10. Berjalan pelan hingga tidak dirasakannya dingin bulan Januari. Perasaan dingin itu memang bisa dikalahkan oleh pikiran yang memanas. Sayangnya memanasnya pikiran Kirari bukan karena merangkum jurnal atau mengetik tugas menuju ujian akhir semester di Februari nanti, melainkan karena bingung bagaimana harus menjelaskan dengan kata yang tepat kepada Kanna tentang jawaban Gala tadi. Memberikan pengertian tentang perkara hati itu lebih sulit dari perkara tidak menemukan jawaban pada buku saat ujian sistem open book.
Untuk menyegarkan pikiran, dia membeli minuman di mesin penyedia minuman otomatis di lantai 5, dan menemukan Yu Joon disana sedang membaca buku “Learning in a Likely Places” karya John Singleton, sebuah buku yang pernah Kurokawa berikan padanya dahulu bersamaan dengan buku tentang Ethnography.
“Bukunya menarik ya? ikut dalam sistem deshi (magang) di dunia tembikar Jepang memang berat.” Kirari lalu duduk mengambil jarak satu meja dengan Yu Joon dan meminum air hangat lemon madu —sebuah minuman yang hanya ditemukan saat musim dingin.
“Tidak seberat aku melihat ekspresimu hari ini, ada apa? belum selesai mengerjakan tugas?” Yu Joon menutup bukunya dan menyedekapkan kedua tangannya depan dada, tanda siap mendengarkan temannya. “Saya bingung bagaimana menjelaskan kepada seseorang yang cintanya ditolak.” Kirari langsung berkata jujur kepada Yu Joon dan menceritakan segala hal tentang Kanna berharap cepat menemukan solusi.
“Wow, dia mengingatkanku pada wanita di negaraku. Bahkan beberapa dari wanita kami lebih berani dalam menyatakan rasa suka secara langsung.” Gadis yang punya keberanian seperti ini menarik bagi Yu Joon.
“Kalau dirimu, apakah kau pernah menyatakan perasaanmu kepada Rie?”
“Kurihara-san? Tidak pernah. Melihat dirinya dari jauh saja sudah cukup buatku.”
“Berarti kau akan rela jika Kurihara-san bersama orang lain?”
“Rela. Paling aku akan tertekan beberapa minggu setelah itu akan merasa biasa saja."
“Kau yakin yang kau alami itu adalah rasa suka bukan hanya sebatas kagum?”
“Aku pun bingung mendefinisikan perasaan diriku sampai sekarang.”
Semua orang mewujudkan rasa suka dengan cara berbeda-beda, namun metode yang diambil Yu Joon tidak dapat Kirari mengerti. Pola pikir temannya ini terlalu nyentrik. Jika dia merasa mempunyai rasa suka dan tidak ingin mengungkapkannya, mengapa harus bersikap dingin? Bukankah itu tidak adil bagi Rie?
“Apa kau hanya merasa bahwa kau tidak bisa berkompetisi dengan Kurokawa Sensei?” Kirari tahu pertanyaannya sangat berani dan bersiap jika Yu Joon akan tersakiti dengan pertanyaannya.
“Kurokawa Sensei? Sedikit. Laki-laki siapapun akan merasa tersaingi oleh Kurokawa Sensei. Dia terlalu sempurna.” Jawaban Yu Joon ini membuat Kirari mengangguk tanpa sadar.
“Tetapi, aku tidak yakin bahwa Kurokawa Sensei mempunyai perasaan yang sama seperti yang Kurihara-san rasakan padanya.” Analisa Yu Joon tentang jurnal selalu menarik disimak, namun Kirari tidak menyangka bahwa analisanya juga tajam di topik selain akademik. Kirari mengernyitkan dahinya dalam, matanya menatap serius lelaki di depannya.