Tokyo Tech,
Gedung W10
April 6
April awal masa menikmati sakura yang pelan mulai berguguran setelah mekar maksimum di Maret akhir. Benar, bunga pink bermekaran ini hanya bisa dinikmati paling lama sepuluh hari sebelum akhirnya gugur. Sehingga semuanya sibuk menikmati sakura dan...membeli apa saja yang bertema itu. Matcha latte bau sakura, kopi edisi sakura dan snack cokelat yang diberi bau sakura.
Seperti Kurokawa yang sedang menatap layar komputer sambil tangan kanannya sibuk memakan coklat Apollo Strawberry Chocolate dengan kemasan lebih merah jambu dari biasanya. Kurokawa hampir suka semua cokelat, tapi Apollo adalah yang terbaik. Cokelat berbentuk segitiga ini biasanya diberikan oleh ayahnya di setiap hari pertama ajaran baru sekolah yang dimulai di minggu pertama April. Bahkan setelah ayahnya wafat, kebiasaan itu masih tetap dilakukan oleh Kurokawa.
Hari ini April 6, hari pertama di semester musim semi 2019 dan Kurokawa siap untuk bekerja lebih keras lagi. Saat ini, mata Kurokawa sedang asyik membaca jurnal yang berkaitan tentang regional innovation dan sesekali mengetik beberapa poin dalam draft surel. Namun, konsentrasinya terpecah oleh notifikasi surel yang masuk dari Okuda Sensei, di subyeknya tertulis: "Tentang Presentasi Terakhir ICDF2019".
“Oh..hampir lupa tentang Hokkaido ini,” ucap Kurokawa pelan. Riset di Arimatsu telah membuatnya lupa hal yang lebih penting untuk saat ini, persiapan presentasi untuk conference di bidang community development paling bergengsi di Jepang.
Kurokawa membuka buku agendanya untuk memastikan informasi detil pra-keberangkatan tidak ada yang terlewat. Matanya pun menatap dua buah tanggal yang dilingkari oleh lingkaran merah, disitu tertulis:
11 April 2019 (23.59 PM): Batas akhir konfirmasi dikirim ke UNESCO New York
15 April 2019: Wawancara final
Kurokawa mengalihkan pandangannya ke jendela, tangan kirinya mengusap muka. Lelah. Berturut-turut agenda penting menguras tidurnya selama sebulan ke belakang. Sudah lupa dia rasanya tidur tanpa memakai alarm. Di April ini ada keputusan penting yang harus dia buat dan itu tidak hanya mempengaruhi masa depannya, tetapi masa depan orang lain juga.
Gedung W10 Tokyo Tech
Lantai 5
Kirari, Yu Joon dan Rahul duduk bertiga lounge lantai 5. Kirari duduk terpisah sendiri, berjarak 2 meja dari dua temannya. Yu Joon dan Rahul sedang berdiskusi tentang makna kanji reiwa (令和) yang baru diumumkan April 1 lalu. "Reiwa" adalah nama era baru yang akan menggantikan "Heisei", mengikuti turunnya Kaisar Akihito.Memang, kepedulian Yu Joon dan Rahul akan Jepang melebihi pemuda lokalnya sendiri.
Sementara Kirari, hanya jasadnya saja yang ada disana namun pikirannya sedang sibuk memikirkan paper yang baru saja dikirimkan Kurokawa, judulnya: “Brain Circulation and Regional Innovation” (Saxenian, 2006). Yang membuat Kirari termenung bukan saja karena Kurokawa sempat-sempatnya menyuruh membaca paper tepat semester baru dimulai, tetapi juga kalimat yang ditulisnya di badan surel:
“Coba kamu baca terlebih dahulu jurnal ini. Pengabdian, inovasi untuk membangun negara tidak harus dilakukan dari negara itu langsung setelah lulus. Kalau kamu tertarik, saya siap untuk diskusi kapanpun.”
Kenapa Kurokawa Sensei mau ikut campur dengan rencana pribadinya? Memangnya kenapa harus didiskusikan olehnya? Memangnya masa depan saya berkaitan dengan masa depan dia? Kirari menggerutu dalam diam.
“Kau, seperti banyak pikiran? Ada jurnal yang butuh kau diskusikan padaku?” Ternyata bukan hanya Kurokawa yang bisa membaca pikirannya, Yu Joon pun bisa.
“Yu Joon, kalau kau kuliah dengan dibiayai negara, apakah kau akan balik untuk mengabdi ke negaramu?” tanya Kirari.