Kirari

IBU KYOKO
Chapter #34

34. Diskusi Semi Ilmiah Kurokawa dan Kirari

Daikanyama, Tokyo

7 April 2019

Malamnya setelah kejadian itu, Kurokawa mengirim pesan LINE kepada Kirari untuk pertama kalinya:

“Saya mendapatkan kontakmu dari Ying saat di Nagoya lalu. Bisa kita bertemu di Town Coffee Daikanyama pukul 09.00 besok? Tidak akan lama. Alamat google maps sudah saya cantumkan." 黒川龍馬

Dan jadilah Kirari menghabiskan waktu minggu pagi berharganya bersama Kanna, menunggu di sebuah kafe elit dengan harga minuman paling murah berkisar 2000 yen.

"Mbak, lo selalu harus ngajak gue terus?” Kanna seharusnya menghabiskan pagi ini untuk membaca novel yang menunggu untuk diselesaikan. Kalau saja Kirari tidak mengajaknya dengan embel-embel kalimat manis, "Kanna, gue kangen banget deh sama lo. Udah lama kita gak ketemu :)"

“Iya. Gue gak nyaman harus berdua,” singkat Kirari membalas, tangannya mengambil teh lemon di depannya. 

Kurokawa masuk ke dalam kafe dan menyapa pelan Kirari serta Kanna. Gaya Kurokawa hari itu benar tipikal lelaki Jepang di musim semi. jaket tipis parasut warna khaki yang didalamnya terdapat kaos panjang garis-garis hitam dan dipadukan dengan celana warna putih gading. Jika dia menggunakan topi jerami dan sepatu new balance, maka akan menjadi contoh sempurna. Kurokawa duduk dan membuka maskernya. Diambilnya tisu basah yang tersedia di atas meja dan dibersihkan tangannya. 

“Kurokawa Sensei, Anda kelihatan semakin kurus.” Kanna melihat rahang Kurokawa semakin jelas terlihat ketika maskernya dibuka.

“Oh, serius? pekerjaan saya memang sedang menumpuk.” Kurokawa lalu memesan satu cangkir Earl Grey Tea kepada pelayan.

“Matamu juga seperti berair dan hidungmu memerah..” Kirari pun merasakan hal yang sama, Kurokawa sedang terlihat pucat.

Kafunsho, alergi serbuk bunga. Hari ini mulai parah.” Kurokawa sebenarnya tidak suka ada yang khawatir melihatnya. Meskipun sedikit senang karena Kirari yang mengatakannya.

Jikan wa daijyoubu desuka, kalian hari ini cukup lowong?” tanya Kurokawa. 

“45 menit dari sekarang saya kira tidak apa.” jawaban Kirari ini membuat Kanna melirik ke arahnya. Sejak kapan Kirari berbicara formal begini?

Soudesuka Oh gitu ya. Kamu..” Kurokawa mengarahkan pandangannya ke Kanna. “Tolong kamu atur stopwatch yang ada pada ponselmu.” 

Sebentar, ini apa? sidang thesis? Kanna tidak mengerti kenapa pertemuan ini menjadi serius sekali.

“Untuk membuat waktunya efektif. kita akan membagi sesi diskusi ini menjadi tiga bagian.15 menit giliranmu bertanya, dan 15 menit giliran saya. Sisanya adalah sesi bertanya bebas. Tidak boleh menolak untuk menjawab pertanyaan apapun, deal?” Pernyataan Kurokawa ini sukses membuat Kanna menggelengkan kepalanya dalam diam. Kalau memang mau latihan tanya jawab untuk seminar kenapa harus di kafe sih? 

“Oke, ryoukai desu.” Kirari suka dengan cara Kurokawa mengatur keefektifan waktu, karena dia tahu hari minggu Kurokawa sangatlah berharga dan diapun juga ingin diskusi ini maksimal. 

“Kenapa kau pulang tanpa kabar tahun 2011?” Kurokawa sudah menduga pertanyaan ini akan cepat muncul dari Kirari.

“Ayahku meninggal,” jawab Kurokawa. Kirari memberikan tatapan muka tidak percaya yang bercampur dengan kasihan, kenapa dia tidak bilang sejak dahulu?

“Oh maaf aku baru tahu tentang hal itu… “Kirari merasa tidak enak sekali. 

“Sudah lama berlalu. Apa yang kau mau tanyakan lagi?" Kurokawa merasa tidak bijak baginya untuk membawa nama Gala pada diskusi singkat ini.

"Sejak kapan Sensei kembali ke Islam?” Kirari bertanya dengan terus terang dan Kanna tidak bisa menyembunyikan kagetnya. Hampir saja dia menekan tombol “stop” pada stopwatch ponselnya.

“Tahun 2016. Saat saya di Seoul.” 

“Sensei tahu? Okuda Sensei?”

“Hanya tiga orang yang tahu kalau saya muslim. Okuda Sensei, Rie dan dirimu. Hmm ... ditambah temanmu di samping ini.” Kurokawa melanjutkan karena raut wajah Kirari masih terlihat penasaran. 

“ Saya hanya pernah berbohong kepada Okuda Sensei dua kali. Kebohongan pertama saya adalah ketika saya mencoba solat Jumat pertama kali di Tokyo. Ternyata waktu yang diperlukan panjang dan saya telat sampai di kampus untuk rapat fakultas. Okuda Sensei marah, saya memakai alasan bawa saya sakit perut. Terdengar bodoh ya?” Kurokawa terkekeh pelan.

"Bohong keduanya, adalah?" pancing Kirari.

"Ketika kamu telat mengumpulkan tugas saat di Arimatsu dahulu. Saya bilang kamu sudah mengumpulkan sebelum batas waktu." Kirari tidak menyangka Kurokawa berani membelanya hingga seperti itu. Hatinya merasa bersalah.

Lihat selengkapnya