Sepertiga malam
11 April 2019
Kirari melihat coret-coretan analisis SOAR (Strengths, Aspirations, Opportunities and Result) yang dia pernah pelajari di mata kuliah manajemen saat S1 dulu. Kali ini, analisis tersebut diaplikasikan untuk melihat keadaan dirinya di masa depan jika menikah dengan Kurokawa ataupun Gala. Kirari itu memang suka membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit.
Gadis ini melihat bahwa selama proses mengagumi Kurokawa ini, banyak hal baik yang dirinya dapat. Terbayang olehnya, setelah menikah nanti mereka akan lebih banyak berdiskusi untuk merumuskan banyak hal. Kurokawa selalu mengedepankan diskusi. Kurokawa tidak takut didebat.
Kurokawa juga tidak takut untuk mengoreksi jalan pikiran Kirari, termasuk mengoreksi jalan pikirannya tentang "cara berkontribusi untuk Indonesia". Meskipun itu membuat dirinya kesal sampai ke ujung jilbab. Di masa depan, Kirari dan Kurokawa punya kesempatan untuk membuat jurnal bersama, menjadi pasangan muslim yang produktif di bidang akademik. Hmmm ... nampak seru.
Tentang urusan pulang ke Indonesia, sebenarnya Kirari merasa bahwa dia bisa membuat butir perjanjian dengan Kurokawa. Tentang dia yang hanya berada di luar negeri beberapa saat lalu kembali ke Indonesia. Bahasa Inggrisnya bagus, kemampuan otaknya dirasa tak buruk. Kirari tahu dia akan punya banyak celah untuk mengikuti studi singkat di universitas lokal. Ya, jika berhubungan dengan hal akademik maka Kirari tidak akan mudah menyerah.
Namun, ada satu hal yang membuat Kirari masih ragu untuk menerima Kurokawa. Entah di poin analisis mana kegelisahan ini harus ditulis. Apakah Kirari bisa membimbing sisi spritual Kurokawa menjadi lebih baik? Ini hal yang meresahkannya, sangat.
Kirari tidak yakin ilmu keislamannya saat ini mampu menyokong Kurokawa yang rasa ingin tahunya di atas batas normal populasi dunia. Banyak hal yang mungkin akan menjadi topik debat ke depannya, seperti tentang berhubungan dengan lawan jenis dan non-muhrim. Apalagi jika diingat lagi kejadian kemarin malam, hati Kirari masih merasa sakit. Rasanya seperti gusi terluka yang diberi larutan garam tinggi.
Kurokawa memang masih perlu dibimbing dan Kirari tidak tahu apakah dia akan sabar juga bijaksana dalam menjelaskan banyak hal.
Sosok Rie pun masuk ke dalam pikiran Kirari.
Apakah Rie bisa tidak tersakiti dengan bersatunya Kirari dan Kurokawa?
Apakah Kurokawa benar sudah menyelesaikan kisah masa lalunya dengan Rie?
Bukankah kebermanfaatan akan lebih besar jika pada akhirnya Kurokawa bersama Rie?
Kurokawa bisa menjadikan Rie seorang muslimah, maka dengan begitu jumlah populasi muslim akan semakin banyak, dan Islam di Jepang akan punya sosok pasangan yang menjadi simbol panutan.
Kamu siapa Kirari? Kamu bukan Tuhan tapi bisa tahu takdir mana yang punya kebermanfaatannya lebih tinggi?
Kamu bukan Tuhan tapi kok bisa mengira jalan hidayah seseorang?
Sementara..jika Kirari bersama Gala, semuanya terlihat sangat mudah. Gala sudah mengenal orang tua Kirari dan bersahabat dengan kakaknya. Kirari pun bisa masuk ke dalam keluarga Gala dengan tidak sulit, karena Kirari cukup berprestasi dan bisa masuk ke dalam standar minimal menantu. Gala pun pasti mempunyai keinginan pengabdian yang tinggi di Indonesia.
Bersama Gala, Kirari bisa menjadi pasangan inspiratif Indonesia yang di-endorse oleh berbagai macam akun keluarga islami impian. Bersama Gala, Kirari bisa membuat podcast tentang pasangan yang pikirannya sangat diidolakan oleh rakyat Indonesia. Begitulah prediksi Kirari yang akan terjadi di masa depan jika dia menjadi istri dari Gala. Produktif dan penuh dengan pengabdian, namun metode populis seperti itu bukan “selera" Kirari.
Bukan maksud Kirari untuk menebak tanpa basis yang kuat. Namun, setelah sepuluh tahun mengenal Gala dan bergerak di bawah kepemimpinannya, Kirari tahu bagaimana pikiran laki-laki tersebut dari hulu ke hilir.
Tentu saja, Gala bukan tanpa kelebihan diri yang mudah dikalahkan. Gala adalah sosok yang sangat baik dalam beragama. Bacaan Al-quran nya baik, sudah diminta oleh Kepala Mahasiswa Muslim Tokyo Tech untuk menjadi Imam Tarawih di ramadan tahun ini. Gala pun terbiasa memberikan mentoring untuk adik-adik kelas, bahkan pernah diminta untuk mengisi khutbah dalam Bahasa Inggris di kampus. Siapa kan perempuan normal yang akan menolak Gala?
Makin lama analisis Kirari makin tidak fokus dan tak lama Kanna mengirimkan pesan,
“Mbak, gue butuh ngomong sama lo .” Yang disambut baik oleh Kirari karena dia pun butuh teman untuk berbagi pikiran.
Kedai Kopi dekat Stasiun Okayama
09.00 JST
Pagi itu di kedai kopi yang terletak di dekat kampus, Kirari dan Kanna duduk di meja ujung seakan setuju bahwa percakapan ini tidak ada yang boleh mendengar selain mereka, sekalipun orang itu tidak mengerti Bahasa Indonesia. Duduk di kursi yang mendekat ke jendela, Kanna mengeluarkan ekspresi yang membuat Kirari tidak ingin membuka percakapan terlebih dahulu.
“Lo jadinya gimana Mbak?” Kanna membuka percakapan dengan kalimat terus terang.
“Maksudnya? Yang mana nih?” Kirari setengah pura-pura tidak tahu.