Ookayama,
5 Juni 2019
10.00 JST
Hari itu masih lekat suasana Idul Fitri dan restoran India tempat Rahul bekerja menyajikan paket diskon besar berisi Chicken Tikka dan Nasi Briyani untuk mahasiswa rantau. Meskipun sudah bosan Kirari untuk memakan nasi instan Briyani selama Ramadan, namun dirinya pantang menolak diskon besar.
Kirari meminta Kanna untuk menemaninya bertemu Gala hari ini. Sementara Gala meminta Reza untuk tidak hadir pada pertemuan kali ini karena tidak yakin Reza bisa menjaga hasil obrolan ini agar tidak sampai ke instagram story-nya.
“Kak,” kata Kirari mencoba memulai obrolan.
“Ya? Gimana? Saya udah siap ditolak nih.” Jawaban Gala sukses membuat Kanna menyemburkan seperempat chai tea yang ada dalam mulutnya.
“Are you okay, Sister?” Rahul setengah berteriak dari dekat dapur.
“Its okay, daijyoubu! daijyoubu desu.” Kanna tersenyum ke arah Rahul memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
“Kenapa Kak Gala bicara seperti itu?” tanya Kirari
“Karena saya terlalu mengenal kamu Kirari. Kalau tawaran saat itu membuat kamu excited pasti kamu sudah mengajak saya diskusi. Seharusnya kamu langsung membuat grup diskusi bertiga bersama Thalhah, misalnya. Normalnya, kamu bakal bertanya-tanya kepada saya bagaimana rencana kita ke depan. Kamu seharusnya bertanya kepada saya apa ambisi saya ke depan dan apa ambisi mu. Tetapi kamu malah diam sampai hampir dua bulan.” Gala tersenyum yang amat terlihat getir di mata Kanna dan Kirari.
“Saya gak adil ya, Kak?” Tanya Kirari.
“Kamu gak adil dan menyebalkan. Tetapi kalau dipikir-pikir memang saya yang lebih menyebalkan.” ucap Gala.
“Saya seharusnya tidak bertanya absurd seperti itu. Tidak dimalam saat Kurokawa membuat kamu sedih. Saya oportunis.” Gala mengambil Mango lassi di depannya dan menyesapnya pelan.
“Iya, Kak. Setelah saya pikir selama dua bulan ini… saya bisa kok menjadi supporter kakak. Saya tetap bisa menjadi orang yang mendukung karir organisasi kakak, tanpa harus menjadi pendamping hidup kakak. Ada orang lain yang bisa membuat potensi kakak bisa meletup lagi, selain saya.” Kirari ingin sekali memejamkan matanya selama memberikan penjelasan ini, tidak kuat dia memandang kakak kelasnya tersebut.
“Hmmph.” Gala tersenyum dikulum. “Kurokawa itu ngajarin kamu apa sih? Bahasa kamu kenapa bisa makin elegan begini?” Gala berusaha tetap terlihat tersenyum meski hatinya pelan-pelan menjerit kesakitan.
“Wakarimashita. Saya paham. Terasa sakit, tetapi saya paham. Selama dua bulan ini, jujur saya juga bingung untuk mendefinisikan rasa apa yang saya rasakan kepada kamu. Tolong doakan saya, agar pencarian definisi ini tidak memakan waktu lama ya.” Gala terdiam sebentar sebelum akhirnya melanjutkan.
“Ada satu hal yang mau saya bilang. Tapi please setelah ini tolong kamu jangan tampar saya, atau lakukan apapun yang dramatis karena saya bisa jelaskan semuanya." Gala berkata dengan tatapan mata tajam ke arah Kirari yang sedkit membuat Kanna iri karena dia ingin juga ditatap seperti itu.
“Apa kak? Duh saya lagi kurang tidur nih bisa emosi.” Kirari akhirnya tahu kebiasaan Gala yang paling dia tidak suka, bercanda tidak pada tempatnya. Gala lalu mengeluarkan sebuah surat yang sudah amat lusuh dan diletakannya di depan meja Kirari.
“Kurokawa memberikan kertas itu di September tahun 2011. Sudah lama sekali. Waktu itu Kurokawa bilang dia akan pulang ke Jepang karena ayahnya wafat dan memberikan buku beserta surat ini kepada saya.” Gala memberikan jeda agak panjang karena berikutnya adalah kalimat tersulit yang akan dia ucapkan, lebih sulit daripada mengalahkan argumen masa kampus di lapangan sabuga. “Tapi saya mengambil langkah yang amat buruk dengan menyimpan suratnya sampai sekarang. Tolong dengan sangat, maafkan saya.”
Gala menunduk karena merasa malu luar biasa dengan apa yang telah dilakukan. Kirari tidak berkata apa-apa, dia langsung membuka surat yang ada di depannya tersebut dan membaca isinya.
----------
キラリへ
(Untuk Kirari)
Kirari, maaf saya harus segera pulang ke Jepang. Ayah saya wafat. Terimakasih telah membuka mata saya tentang Indonesia dan Islam. Saya berjanji akan bertemu Kirari kembali dengan keadaan sudah menjadi muslim yang taat. Jika saat itu tiba, mari kita berangkat bersama ke New York. Saya akan menunggumu membalas surat ini melalui email kurokawaryoma@gmail.com atau hubungi saya di +81xxxxxxxxx.Tentu jika kau sempat saja.
Sampai bertemu kembali
黒川龍馬より