Jika ada yang bertanya, apakah seekor babi domestik dapat berubah menjadi seekor celeng apabila dia dilepaskan di hutan, aku dapat menjawabnya dengan kepastian 100 persen. Ya, tentu saja.
Cukup melihat diriku sendiri. Saat berangkat dari pelabuhan di Ibu kota, aku adalah seekor babi domestik. Tubuhku gemuk, kulitku berwarna merah jambu. Mulus, penuh bulu halus berwarna putih. Di hari saat aku diputuskan akan dikirim ke Pulau Lepra, seluruh tubuhku terasa gatal, lalu bulu-bulu halus di kulitku berubah menjadi tajam, kaku dan menghitam. Tajamnya bulu-bulu itu bahkan membuat kulitku berbintik-bintik merah. Berdarah.
Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum. Gatal luar biasa. Lalu kulitku ditumbuhi bulu-bulu, dan muncul pori-pori baru yang lebih besar.
Semula aku mengira, itu hanyalah efek psikologis semata. Dokter hewan yang setiap minggu mengobservasi pernah memberitahu kami. Ada semacam penyakit gatal, yang sebenarnya bukan karena penyebab dari luar, tetapi disebabkan karena hati dan pikiran kita yang jauh dari ketenangan.
Untuk penyakit semacam ini, Pak Dokter tidak memberikan obat. Dia hanya menepuk-nepuk punggung kami, dan kadang ditambah dengan mengelus-elus pelipis kami, tepat di atas mata. Lalu gatal-gatal itu hilang sendiri. Jadi, penyakit itu hanya efek dari psikis yang tertekan semata. Tetaplah bersemangat, kalian para babi! Apa pun yang terjadi!