Babi-babi di Peternakan Mayor jumlahnya sekitar lima ribu ekor. Kami ditempatkan di beberapa asrama berdasarkan usia kami. Aku sendiri menempati asrama pengasuh. Asrama itu jauh lebih mewah daripada asrama-asrama yang lain. Asrama kami bahkan memiliki ruang olahraga tersendiri. Babi-babi yang tinggal di asrama yang lain, jika hendak berolahraga harus rela berbagi ruang olahraga dengan penghuni lainnya.
Untungnya, di Peternakan Mayor tersedia lapangan olahraga yang sangat lengkap untuk penghuninya. Semua ada: sepakbola, volly, lari, renang, dan banyak lagi yang lainnya. Desas-desus yang beredar, sebelum difungsikan sebagai peternakan, tempat itu direncanakan sebagai asrama untuk para atlet Kementerian Pemuda dan Olahraga. Lalu pembangunannya mangkrak, dan akhirnya dimanfaatkan sebagai peternakan babi. Semudah itu.
Peternakan Mayor adalah peternakan modern yang terkenal karena kebersihannya. Pemiliknya seorang pensiunan tentara dengan pangkat terakhir Mayor, dan ia mampu mengajarkan babi-babinya disiplin seperti di barak tentara. Operasional peternakan sehari-hari diserahkan kepada seekor babi senior penuh wibawa. Kami memanggilnya Papa Para Babi, atau singkatnya Papa Babi, atau lebih singkat lagi: Pappa saja.
Pappa dibantu oleh Tim Khusus beranggotakan 9 ekor babi. Dan juga dibantu kelompok pengasuh berjumlah 33 ekor babi. Aku salah satunya. Tim Khusus dan Pengasuh tidak memiliki struktur komando, karena dua-duanya langsung bertanggung jawab kepada Pappa. Tetapi kadang-kadang, para pengasuh juga meminta pertolongan Tim Khusus, apabila ada anak asuh yang terlalu bandel, dan perlu didisiplinkan.
Sebaliknya, Tim Khusus juga meminta bantuan para pengasuh saat ada kegiatan semacam apel luar biasa, vaksinasi massal, olahraga bersama, atau yang semacamnya.
Demikianlah kehidupan kami, para babi yang bahagia, berjalan setiap hari di Peternakan Mayor.