Kisah Belum Tergoreskan

Hilda Resina
Chapter #1

Prolog

Jakarta, 1978.

Komplek perumahan elit di daerah Setiabudi dekat dengan perkampungan kumuh yang bersebelahan dengan pabrik sepatu dan pabrik kain perca. Rumahku berada di antara deretan pabrik yang mencemarkan lingkungan rumah dengan asap mengepul kehitaman. 

Waktu itu umurku baru delapan tahun. Aku menjadi satu-satunya anak di keluarga kami. Namun, Bunda tidak pernah memperlakukanku istimewa. Tentu saja karena aku bukan dari kalangan orang kaya.

Sepulang sekolah aku berjalan melewati gang kecil sempit yang menghubungkan ke rumahku. Sekitar tiga blok dari sini barulah sampai di rumahku. Di depan rumah terdapat tembok bercat putih tempat Bunda biasa menjemur kerupuk kulit.

Aku menghela napas melihat tulisan dengan kapur biru.

‘PAIJO’

Sialan. Gadis kecil itu lagi-lagi mengacaukan hariku karena menuliskan nama Ayah di tembok. Seluruh penduduk di gang bisa melihatnya dengan jelas. Sepertinya aku harus menghampirinya dan memberi sedikit pelajaran.

Lihat selengkapnya