kisah cinta anak muda yang sederhana

Noboti
Chapter #1

Di Bazar

Bazar di kampus selalu menjadi hal favorit bagi dewi.

pertama-tama, ia jadi bisa jajan beraneka ragam makanan dalam satu tempat. Dari takoyaki ke sosis bakar ke kerak telor, semuanya ada. dari yang mengayomi lidah nusantara hingga citarasa mancanegara, semua tersedia. Mesti harganya sedikit lebih mahal gorengan danus di jurusan, ya tidak apa apa. namanya juga sekali-kali, once in a blue moon kalau bahasa Inggris nya.

kedua, ia bisa bisa duduk di brooklyn kampus bersama farii sambil menonton penampilan akustik lagu lagu populer dari ordo sampai derasi. farii( iya, dobel i di belakang ),

adalah teman sekelasnya yang kebetulan kosnya juga paling dekat dengan kosnya dewi. Mereka dengan cepat berteman sejak semester satu, walau tidak selalu satu kelas.

farii bongsor, berpipi tembam, kalau tertawa kedua matanya langsung lenyap, rambutnya selalu ditata dengan poni rapi menutupi dahi. kata farii, dahi adalah aib terbesar nya. dewi suka menggoda temannya itu. rii, coba lu cukur bob deh, biar mirip dora. farii hanya tertawa kecut, itu mah hanya masalalu. farii mengaku bahwa fase dora nya sudah terjadi waktu SD dan SMP. Dewi jadi geli membayangkannya. Jujur saja, dipikiran dewi, imaji farii adalah selalu dengan rambut panjang yang di catok lurus tanpa cela.

farii kini sedang menikmati okonomiyaki, menusuk-nusukkan sumpit bambu ke martabak telor dan kol ala negeri sakura tersebut. Dewi ikutan mencomot sesekali, membuat farii memandang nya dengan tatapan penuh perhitungan tapi tak mengatakan apa apa.

"enakan yang di jotos," komentar Dewi setelah mencicipi. Sumpit ditangan farii berhenti bergerak, lalu berganti arah menunjuk muka Dewi, seakan ingin mencolok muka temannya.

"gausah protes, minta gue aja" sungut farii. Dewi mengangkat bahu. ia lantas merapikan rambutnya yang longgar, menggelitik tengkuk. Gerah, pikirnya. Dewi paling tidak betah membiarkan rambutnya terurai begitu saja.

"protes apanya, gue kan cuma mengeluarkan pendapat," elak dewi sambil menggelung rambut panjangnya di atas kepala, kemudian menambahkan. "iya gak sih? enakan yang di jotos?" tanyanya lagi.

farii menurunkan sumpitnya, lalu mengangguk-angguk sambil memandangi si okonomiyaki yang sudah tidak berbentuk lagi, seakan berkontemplasi.

Lihat selengkapnya