Menyusuri koridor sekolah dengan wajah masih mengantuk, keadaan sekolah yang masih ramai tidak membuat Balqis merasa terganggu. Ia terus berjalan menuju kelasnya, baru beberapa langkah akan mencapai kelas, sebuah tangan besar dengan tidak tau malunya menarik ikat rambut Balqis sehingga membuat rambutnya terurai, Balqis menarik napasnya menahan kekesalannya.
“Dasar kebo” ujar Reindra sang musuh bebuyutan nya di kelas.
“Reindra Bangke...balikin ikat rambut gue” teriak Balqis marah.
“Nih ambil” ujar Reindra dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Sudah tau Balqis itu pendek, ini malah di angkat setinggi mungkin lagi.
“Lo kayaknya setiap hari ganggu gue terus, Lo punya masalah hidup apa sih?” kesal Balqis dan berjalan menuju Reindra untuk mengambil ikat rambutnya. Reindra yang melihat pergerakan Balqis berlari menuju kelasnya, membuat Balqis terpaksa mengejar cowok itu.
“Heh Bule kampungan balikin ikat rambut gue” teriak Balqis dengan wajah yang sudah merah padam karena menahan kekesalan.
“Sini ambil....lambat banget sih Lo” ujar Reindra dengan seenaknya.
“Dasar manusia laknat Lo” teriak Balqis lagi. Banyak pasang mata yang melihat mereka berdua, namun tidak dipedulikan oleh keduanya.
“Lemah banget Lo” ujar Reindra. Tentu saja Balqis tidak menerima di bilang seperti itu, karena amarahnya sudah berada di ubun-ubun saat ini, ia dengan cepat berlari menyusul Reindra dan dengan tidak berperasaan memukul cowok itu dengan tasnya. Membuat Reindra yang tak sempat menghindar merasa kesakitan.
“Lo kayak kuli sumpah, kuat banget mukulnya” ujar Reindra setelah berhasil menghentikan aksi seorang Balqis.
“Lo yang mulai duluan” ujar Balqis menggebu-gebu.
“Dasar Mak lampir” ujar Reindra dan berlari masuk kedalam kelasnya. Balqis berteriak kesal di luar, membuat teman sekelasnya menatap kasihan sekaligus heran akan dua orang tersebut. Setiap hari kerjaannya berantem terus, gak di sekolah, dirumah teman, bahkan di segala tempat pasti mereka akan tetap adu cek-cok bahkan saling baku hantam. Kembali ke Balqis, ia memasuki kelasnya dan menatap sinis ke arah Reindra yang dengan sengaja mengejeknya dengan mengeluarkan lidahnya.
“Gue potong lidah Lo tau rasa” kesal Balqis.
“Gue potong hidung Lo, mampus gak bisa napas Lo” ujar Reindra tak mau kalah.
“Oh jadi Lo mau potong hidung gue? Nih coba potong kalau Lo berani” ujar Balqis yang sudah berada di hadapan Reindra. Reindra dengan sok cool nya berdiri dan menarik hidung Balqis yang mancung dengan sangat kuat hingga hidung cewek itu memerah di buatnya.
“Sakit Bangke....emang gak ada akhlak Lo yah” kesal Balqis dan memukul lengan cowok itu, membuat Reindra meringis. Sumpah gaes, kalau Balqis yang pukul rasanya kayak ke timpa kayu yang besar banget, sakit cuy.
“Gue atau Lo yang gak ada akhlak?” tanya Reindra menaik turunkan alisnya.
“Dasar alis Angry bird” ujar Balqis kesal.
“Dasar alis sincan” ujar Reindra.
“Dasar jalangkung” ujar Balqis tidak mau kalah.
“Dasar bulet” ujar Reindra lagi.
“Dasar bule kampungan” ujar Balqis lagi.
“Dasar bule gadungan” ujar Reindra lagi. Teman sekelas yang melihat adegan pertengkaran mereka hanya geleng-geleng saja.
“Dasar manja” ujar Reindra lagi.
“Dasar sok ganteng, sok cool, sok asik pokoknya sok-sokan deh” ujar Balqis lagi. Baru saja Reindra akan berbicara, suara seseorang menghentikan aksi mereka berdua.
“Tiap hari berantem terus, nikah aja deh kalian berdua” ujar Tasya sahabat Balqis.
“Nikah sama dia?” ujar mereka berdua samaan. Membuat Tasya mengangguk semangat.
“OGAH” jawab mereka bersamaan. Membuat yang lainnya terkekeh, begitupun dengan Tasya. Sementara Balqis dan Reindra sudah saling menatap dengan sinis.
“Apa Lo liat-liat” ujar Balqis.
“Lo juga apa liat-liat” ujar Reindra. Balqis memilih membuang wajahnya dan berjalan menuju mejanya, di ikuti oleh Tasya dan juga Reindra.
“Ngapain Lo ngikutin gue?” tanya Balqis tak suka.
“Ya karena kursi gue dibelakang Lo lah” ujar Reindra.
“Oh iya ya, lupa” ujar Balqis bego nya kumat. Membuat Tasya terkekeh, sementara Reindra mengejeknya. Balqis duduk di kursinya dan menelengkupkan wajahnya dilipatan tangannya. Ia melihat jam yang terpampang jelas di tangannya, masih sisa 15 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Tidak menunggu lama, Balqis memilih untuk masuk ke alam tidurnya sebentar sebelum menerima pelajaran yang sama sekali tidak masuk kedalam otak ya sedikit pun. Tasya yang tengah asik merapikan bukunya menatap heran ke arah sahabatnya itu. Sementara Reindra yang tengah asik mengobrol dengan teman sebangkunya menatap ke depan dan sebuah pikiran jahil muncul di pikiran jahat cowok itu. Ia dengan sengaja menggoyangkan mejanya ke depan sehingga mengenai kursi Balqis. Tentu saja Balqis merasa terganggu akibat hal itu. Ia berusaha untuk tetap tidur walaupun ada gangguan setan di belakangnya. Reindra yang masih tidak puas karena tidak berhasil membangun kan Balqis makin menjadi, ia dengan sengaja membacakan surat Yasin di belakang kepala Balqis, membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak. Sementara Balqis yang baru saja akan memasuki alam mimpinya dengan terpaksa membuka kembali kelopak matanya dan menatap kesal ke arah Reindra.
“lo pikir gue udah meninggal apa?” tanya Balqis kesal.
“Gue kira gitu” ujar Reindra puas terlah berhasil membuat cewek itu marah.
“Mata Lo buta yah? Buta mata Lo hah? Buta?” tanya Balqis lagi.
“Kayaknya iya” ujar Reindra lagi.
“Pantesan yang Lo liat itu gelap semua, kayak masa depan Lo” ujar Balqis lagi.
“Masa depan Lo lebih gelap dari pada gue” ujar Reindra lagi. Baru saja ia akan menjawab, suara bel masuk berbunyi. Bukannya bubar, mereka malah terus mengerumuni Balqis dan Reindra.