Entah kenapa saat melihat sebuah postingan di Instagram milik saudarinya sedikit membuat dirinya merasa iri. Ia baru tau tadi pagi bahwa saudara nya itu pergi liburan bersama dengan keluarga besar Reindra, ia bahkan tau dari sahabatnya yang merupakan sepupu jauh dari Reindra. Sakit? Tentu saja ia sakit hati, namun ia harus bagaimana, Reindra bukan pacarnya kan?. Memilih mengabaikan postingan saudaranya, ia beralih melihat postingan seorang Reindra. Berlin melempar asal ponselnya, ia merasa kesal bahkan marah setengah mati. Kenapa harus saudaranya yang dekat dengan Reindra, kenapa bukan dia? Memilih untuk tidak memikirkan hal itu,, Bianca memilih merapikan kamarnya sebelum ia pergi bersama sahabat-sahabatnya ke mall untuk berbelanja. Setelah selesai ia memilih pergi menemui sahabatnya.
“Kenapa Lo Bi?” tanya Reca. Bianca yang baru saja tiba dengan wajah kusutnya membuat kedua sahabatnya penasaran.
“Kenapa sih? Cerita dong” ujar Clara.
“Gue lagi kesal aja, masa Reindra pergi liburan ke Lombok nggak ngajak gue” kesal Bianca.
“Terus? Balqis di ajak?” tanya Reca.
“iya... Kesal banget tau gak” ujar Bianca. “Menurut Lo berdua gimana? Reindra suka gak sih sama gue?” tanya Berlin pada kedua temannya.
“Oh gue tau, jangan-jangan Reindra sengaja gak ajak Lo, mau bikin Lo cemburu kali” ujar Clara.
“Nah benar tuh yang Clara bilang” ujar Reca lagi. Membuat Bianca berpikir sebentar sebelum berbicara.
“Bisa jadi juga sih, oh ternyata dia mau bikin gue cemburu” ujar Bianca terkekeh.
“Cieee... Kayaknya sebentar lagi bakal ada yang jadian nih” ujar Reca lagi.
“Uhuyyy... jangan lupa traktirannya” ujar Clara lagi.
“Tenang aja, mungkin Reindra masih malu mau ungkapin perasaan nya” ujar Bianca.
“mendingan belanja yuk, dari pada diam aja” ajak Reca. Mereka berdua mengangguk dan mulai menyusuri mall tersebut.
Sementara Balqis tengah asik menikmati sejuknya angin pagi di bibir pantai, senyum indah merekah di bibir nya itu. Namun kenikmatan yang ia rasakan harus hancur gara-gara seorang Reindra yang dengan sengaja mendorongnya hingga ia jatuh di pasir.
“Reindra sialan” teriak Balqis. Sementara Reindra sudah tertawa terbahak-bahak di sana.
“Anjir ekspresi Lo lucu banget” ujar Reindra masih dengan sisa tawanya.
“Lo yah” karena kesal dengan Reindra, Balqis memilih melempar cowok itu dengan pasir sehingga mengenai baju putih cowok itu.
“Bangke, baju gue jadi kotor” ujar Reindra tak percaya. Sementara Balqis sudah tertawa terbahak-bahak. Hal itu membuat Reindra menggelitik pinggang Balqis, membuat sang empu geli setengah mati.
“Bangke, geli Reindra sialan” ujar Balqis berusaha menahan tangan Reindra. Sementara Reindra sudah terkekeh di sana.
“Rasain Lo” ujar Reindra kemudian duduk di samping Balqis. Mereka berdua menikmati sejuknya angin pagi itu dengan nikmat sekali. Tidak ada percakapan bahkan adu mulut di antara mereka berdua, karena mereka sedang menikmati waktu luang ini, besok mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Reindra berdiri dari duduknya membuat Balqis menoleh dan mengeryitkan dahinya heran, tanpa berkata apapun Reindra berlalu dari hadapan Balqis, namun itu sebentar, karena setelah nya ia kembali dengan sebuah gitar di tangannya. Membuat Balqis mengangkat sebelah alisnya bingung.
“Lo mau ngamen di sini?” tanya Balqis, membuat Reindra menjitak dahinya.