Hari Minggu yang indah tidak membuat seorang Balqis bangun dari kasur empuknya, ia memilih menghabiskan Minggu liburnya ini dengan bersantai di rumahnya. Suara ketukan pintu kamarnya membuat ia mendengus.
“Siapa sih? Ganggu amat, gak bisa liat orang senang aja” ujar Balqis kesal dan berjalan membukakan pintu kamarnya. Ia melihat ayahnya yang berdiri di sana.
“teman mu di bawah” ujar Leon dan berlalu dari hadapan Balqis. Balqis mengeryitkan dahinya heran kemudian turun ke bawah dengan wajah masih mengantuk.
“Siapa sih? Subuh-subuh ganggu amat” ujar Balqis. Lalu matanya menatap seorang Reindra.
“Ngapain Lo?” tanya Balqis heran.
“Jemput Lo lah” ujar Reindra enteng.
“Lah ngapain Lo jemput gue?” heran Balqis.
“Lo lupa tantangan semalam?” ujar Reindra, Balqis mendengus kesal.
“Iya-iya, tunggu bentar” ujar Balqis dan berjalan menuju kamarnya. Reindra yang tengah duduk di sofa rumah Balqis memilih bermain ponsel.
“Loh Rei, kamu ngapain ke sini? Mau ajak aku jalan-jalan yah?” tanya Bianca.
“Oh No, gue mau ngajak Balqis” ujar Reindra.
“kok Balqis? Eh maksudnya mau kemana?” tanya Bianca. Baru saja Reindra akan menjawab, Balqis sudah turun menghampiri mereka berdua.
“Yuk Rei” ujar Balqis.
“Duluan bi” ujar Reindra.
“Gue boleh ikut gak?” tanya Bianca.
“Duh Lo mau jadi nyamuk” ujar Balqis.
“Sorry yah bi, gue mau pergi sama Balqis doang” ujar Reindra, lalu mereka berdua pun berlalu dari hadapan Bianca yang mengepalkan tangannya. Reindra melajukan motornya membelah jalan Jakarta yang masih sepi tersebut.
“Mau kemana sih? Subuh-subuh banget. Ganggu tidur gue aja Lo” ujar Balqis masih mengantuk.
“Subuh pala lo, ini udah jam sembilan goblok” ujar Reindra heran dengan sifat cewek dibelakangnya ini.
“Menurut gue ini masih subuh” ujar Balqis. Reindra memilih diam dan fokus pada jalanan didepan. Motor Reindra berhenti di depan toko buku.
“Mau ngapain sih di sini?” tanya Balqis heran.
“Beli buku dodol” ujar Reindra.
“Ya elah, mendingan gue tidur aja” ujar Balqis. Reindra menarik tangan cewek itu dan mengajaknya masuk kedalam. Kepala Balqis langsung pusing saat melihat banyaknya tumpukan buku di sana.
“Rei mendingan ke tempat yang lain aja yuk, dari pada di sini. Bikin pusing” ujar Balqis.
“gue mau beli buku” ujar Reindra.
“Yah beli aja, gak usah ajak gue juga dong” kesal Balqis.
“Lah Lo kan jadi pembantu gue selama satu bulan” ujar Reindra.
“Enak aja” ujar Balqis tak terima.
“Heh ingat Lo kalah tadi malam” ujar Reindra, membuat Balqis kesal.
“Iya-iya, bacot Lo ah. Cepat sana cari buku Lo” ujar Balqis.
“tunggu di sini” ujar Reindra, Balqis hanya memutar bola matanya kesal. Ia memilih duduk di kursi tunggu, matanya yang masih kantuk itu pun tertutup. Ia dengan wajah tak tau malu malah tertidur di sana. Hampir setengah jam Reindra mencari buku tersebut dan akhirnya ketemu, matanya menatap tak percaya sosok Balqis yang sudah pulas di sana.