Bel istirahat berbunyi membuat Balqis dan Tasya cepat-cepat ke kantin, mereka tidak mau melewatkan waktu istirahat mereka dengan sia-sia. Kedua orang itu duduk di meja pojok tempat biasanya.
“Menurut Lo nih yah, gue bakal dapat jodoh yang kayak gimana yah?” tanya Tasya.
“Yang berewok kali” ujar Balqis terkekeh. Membuat Tasya gemas karena jawaban cewek itu.
“Jahat emang Lo” ujar Tasya.
“gak usah bacot dah, sana pergi pesan” ujar Balqis, Tasya hanya mendengus namun tetap berlalu dari hadapan Balqis. Tinggallah Balqis sendiri, ia memilih fokus pada ponselnya, ia mendongak saat menyadari ada yang duduk dihadapannya.
“Hai” sapa Dirga. Balqis menatapnya dengan datar saja.
“Gue Dirga, yang kemarin ke rumah Lo” ujar Dirga lagi.
“Oh... Ngapain Lo?” tanya Balqis.
“Lo ternyata lebih cantik dari pada Kakak Lo” ujar Dirga.
“Lo kalau mau Nge gembel jangan di sini, ke tempat lain dan. Gue enek tau gak dengarnya” ujar Balqis blak-blakan.
“Gue ngomong jujur” ujar Dirga.
“Tampang Lo aja gak kelihatan jujur” ujar Balqis. Membuat Dirga cengo dibuatnya.
“Wuish apaan nih? Lo berdua pacaran?” tanya Reindra yang tiba-tiba muncul.
“Enggak” ujar Balqis.
“Lo suka sama nih cewek? Mendingan jangan deh, nanti Lo Nyesal lagi pacaran sama dia” ujar Reindra, membuat Balqis memukul kepalanya. “Lo liat kan? Tangannya kayak kuli” ujar Reindra lagi.
“Gue duluan” ujar Dirga. Setelah Dirga pergi, Balqis menatap nyalang ke arah Reindra. Yang ditatap malah menampilkan wajah tampang tak berdosa yang ingin sekali Balqis tampar.
“Baik kan gue” ujar Reindra.
“Baik apaan? Lo tadi malah jelek-jelekin gue dodol” ujar Balqis kesal.
“Dia gak baik, playboy” ujar Reindra.
“Bodo amat, gue juga gak suka sama dia” ujar Balqis.
“Widih apaan nih? Kok Lo di sini?” tanya Tasya yang baru saja datang.
“gue baru aja menyelamatkan sahabat Lo dari fakboy” ujar Reindra.
“Gak usah di dengerin, dia orang gila” ujar Balqis dan memilih memakan baksonya itu. Tasya yang kebingungan hanya mematuhi ucapan Balqis dan melahap baksonya juga.
“Bagi dong” ujar Reindra dan mengambil alih sendok milik Balqis.
“Bangke Lo, ngapain Lo makan bakso gue. Lo pikir ini gak dibayar” kesal Balqis.
“Bakso doang, ntar gue ganti” ujar Reindra.
“enteng banget omongan Lo, mendingan Lo minggat aja dari sini sekarang juga” kesal Balqis. Reindra terkekeh dan ia malah duduk disamping Balqis.
“kalau gue gak mau kenapa?” ujar Reindra menantang.
“Gue siram Lo pakai kuah bakso” ujar Balqis. Membuat Tasya di depannya bergidik ngeri.
“kejam amat Lo” ujar Reindra.
“Emang, mendingan minggat gak Lo sekarang juga” ujar Balqis lagi.
“Kalau Lo gak minggat dalam hitungan ketiga, jangan salahin gue Lo yah” ujar Balqis tidak main-main. Ia mulai berhitung, membuat Reindra mendengus dan berdiri.
“Oky-oky gue pergi sekarang, awas Lo di kelas” ujar Reindra dan berlalu dari hadapan mereka. Balqis yang mendengar itu hampir saja melempar sendoknya ke arah Reindra jika tidak ingat kalau itu milik ibu kantin.
“Sabar-sabar” ujar Tasya.