Mata Balqis tidak sengaja melihat seorang wanita yang sangat ia kenali tengah merapikan belanjaannya yang jatuh berantakan di lantai mall. Balqis pun langsung menghampiri wanita itu dan membantunya.
“Eh makasih yah nak” ujar Rinka.
“Sama-sama Bun” ujar Balqis, membuat Rinka menoleh.
“Loh Balqis, bunda kira siapa” ujar Rinka. Balqis hanya tersenyum.
“bunda sendirian?” tanya Balqis.
“Iya, tadi datang sama sopir” ujar Rinka. Mereka berdua berjalan menuju parkiran mobil di area mall.
“Makasih yah, Tante pergi dulu” ujar Rinka.
“Hati-hati Bun” ujar Balqis. Setelah Rinka pergi, Balqis pun kembali masuk kedalam mall. Ia menyusuri mall tersebut, tidak ada yang menarik menurutnya. Ia kesini karena merasa bosan jika pulang lebih dulu ke rumahnya.
“Nonton aja kali yah” ujar Balqis, ia pun memilih membeli tiket bioskop. Untung saja ia selalu siap siaga membawa uang jaja lebih tersebut. Setelah selesai menonton, ia pun kembali menyusuri mall tersebut. Karena tidak ada kegiatan lain, ia pun memilih masuk ke area aksesoris. Matanya menatap ke sekeliling, laku pandangannya jatuh pada sebuah benda berbentuk bintang.
“Mbak saya ini satu” ujar Balqis. Setelah transaksi bayar membayar, ia memilih kembali ke rumahnya. Apalagi sudah malam sekali, dan ia masih mengenakan seragam sekolahnya.
Balqis memasuki rumahnya, kosong? Itulah yang ia lihat saat pertama kali masuk kedalam rumahnya. Seperti orang dirumahnya tengah keluar. Dengan senang Balqis pun membaringkan tubuhnya di sofa. Ia pun memilih menonton film dan mengunyah camilan yang memang sengaja di sediakan di sana.
“Kalau kayak gini terus kan adem” ujar Balqis senang. Tangannya tidak berhenti memasukkan keripik-keripik pedas tersebut. Karena bosan dengan makanan itu saja, ia pun berjalan ke dapur untuk memasak mie instan. Ia fokus menonton film di sana, hingga suara mobil terdengar. Namun Balqis tampak tak perduli, ia memilih tetap fokus ke depan.
“Balqis?” ujar Leon. Balqis hanya bergumam sebagai jawaban.
“Kak kamu mana?” tanya Leon.
“Mana aku tau” ujar Balqis. Leon memilih menelepon Bianca menanyakan dimana keberadaan perempuan itu.
“Qis jemput Kaka mu sekarang, dia sendirian” ujar Leon.
“Suruh naik taksi” ujar Balqis malas.
“Gak bisa, ini pakai mobil papa” ujar Leon. Balqis membanting mangkuk mie nya hingga tumpah, membuat Leon terkejut.
“Repotin banget” ujar Balqis dan masuk kedalam kamarnya. Membuat Leon menghela napas panjang. Ia pun memilih menjemput putrinya itu. Balqis dengan kekesalan yang tinggi, membanting pintu kamarnya dengan keras.
“Dasar iblis, suka nya nyusahin orang” ujar Balqis dan berjalan menuju balkon kamarnya. Bukan untuk bunuh diri yah, ia hanya ingin menikmati sejuknya angin malam itu. Matanya menatap penuh kagum pada langit malam ini yang dipenuhi oleh taburan bintang-bintang yang berkerlap-kerlip di atas sana.
Reindra tengah berada di rumah kerabat ibunya. Ia dan keluarganya baru saja sampai tadi.
“Abang” teriak Aditya sepupu kecilnya. Reindra tersenyum dan menggendong anak itu.
“Jagoannya Abang udah besar nih” ujar Reindra.
“Iya dong” ujar Aditya. Reindra memilih bermain bersama Aditya.
“Jagain adiknya yah bang” ujar Rinka. Reindra mengangguk sebagai jawaban. Reindra memilih ke toilet sebentar dan meninggalkan Aditya.
“Kak cantik” ujar Aditya, Reindra yang baru saja kembali mengeryitkan dahinya.
“Dit lagi apa?” tanya Reindra.
“Ini ada kak cantik di ponsel” ujar Aditya. Reindra langsung mengambil ponselnya dan melihat wajah Balqis terpampang jelas di layar kamera sana.
“Ngapain Lo telepon gue dodol? Pakai video call lagi” ujar Bianca.
“Adik gue salah pencet” ujar Reindra dan memutuskan panggulan tersebut.