Balqis menelengkupkan wajahnya di lipatan tangannya itu, wajahnya yang pucat dan keadaan suhu badannya yang panas membuat ia tidak memiliki tenaga sama sekali. Subuh-subuh tadi ia sudah ke sekolah. Sekarang ia sendirian di kelas. Para siswa-siswi mulai berdatangan ke sekolah. Namun Balqis tetap pada posisinya. Mengangkat kepala saja ia tidak mampu. Sebuah tangan besar menarik ikat rambutnya, namun tidak membuat Balqis bergerak sama sekali. Reindra yang tidak melihat respon apapun dari Balqis mengeryitkan dahinya. Ia kembali berulah dengan memukul meja milik Balqis, namun cewek itu tidak memberikan respon sama sekali.
“Woe alisnya sincan, bangun Lo” teriak Reindra, namun masih tidak ada respon dari Balqis.
“Lah malah tidur nih bocah, dikira ini kamar apa” ujar Reindra lagi. Ia kembali berulah dengan mengguncang tubuh cewek itu. Karena tidak mendapat respon, ia mengangkat wajah Balqis menghadap ke arahnya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat wajah pucat cewek itu dan ternyata cewek itu pingsan.
“Qis bangun woe, Lo malah pingsan” ujar Reindra khawatir. Dengan cepat cowok itu membawa Balqis ke UKS untuk di rawat. Mata Balqis perlahan terbuka, hal yang pertama ia lihat dan ia cium adalah bau obat-obatan dan juga warna putih di sekelilingnya. Matanya menatap seorang laki-laki yang tengah bermain ponsel di sana.
“Udah sadar Lo?” tanya Reindra. Balqis memutar bola matanya malas.
“Gue masih pingsan” ujar Balqis, membuat Reindra terkekeh.
“Lo lagi sakit masih bisa galak juga” ujar Reindra.
“Bodo, Lo yang bawa gue kesini?” tanya Balqis.
“Yoi, kenapa? Lo mau berterima kasih?” tanya Reindra.
“Pd Lo” ujar Balqis.
“Dasar sinting Lo, gak ada terima kasih-kasihnya Lo jadi orang” ujar Reindra. Membuat Balqis terkekeh.
“Iya-iya... Thanks yah” ujar Balqis. Suara perut Balqis membuat Reindra cengo dibuatnya.
“Lo belum makan?” tanya Reindra. Balqis cengengesan.
“tunggu bentar, gue beliin Lo nasi” ujar Reindra.
“Thanks yah Rei, jangan lupa banyakin sambalnya” ujar Balqis.
“Gak tau malu banget Lo” ujar Reindra kesal. Setelah Reindra pergi, muncullah Sahabatnya Tasya.
“Qis, Lo kenapa? Lo kok bisa pingsan?” tanya Tasya heboh.
“Lebay Lo ah, gue gak papa kok” ujar Balqis lagi.
“Sumpah gue baru datang terus dikasih tau Lo di UKS, gue langsung Otw ke sini” ujar Tasya.
“Sya mendingan Lo keluar aja deh” ujar Balqis membuat Tasya heran.
“Loh kenapa?” tanya Tasya.
“Lo bacot amat” ujar Balqis bercanda, membuat Tasya mendengus. Lalu suara pintu UKS Kembali terbuka, menampakkan seorang Reindra dan juga Arga.
“Nih nasi Lo” ujar Reindra dan menyodorkan bungkusan plastik pada Balqis.
“Makasih” ujar Balqis dan Reindra hanya berdehem sebagai jawaban. Balqis pun melahap nasinya dengan lahap.
“Kalau yang gue perhatiin dari dulu yah, biasanya kalau orang sakit itu gak nafsu makan. Lah Lo malah tambah nafsu” ujar Arga heran.
“Sakit bukan berarti gak makan” ujar Balqis.
“Dia itu rakus” ujar Reindra, Balqis hanya mendengus saja. Suara bel masuk berbunyi, membuat mereka berempat menatap satu sama lain.
“Sana balik ke kelas” ujar Balqis.
“Gak mau, gue mau di sini aja temenin Lo” ujar Tasya.