“Ayah... Ku kirim kan do’a... Semoga engkau tenang di alam surga houuu” nyanyi Balqis. Ia terkekeh saat menyanyikan lagu itu. Untung saja ia menyanyikan nya dengan volume kecil, jika tidak pasti ayahnya akan mengamuk. Bodo amat dengan jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh itu, ia yakin bahwa gerbang sekolah telah di tutup. Memilih lebih santai saja, ia pun turun ke bawah. Tidak ada siapapun, ternyata kedua orang itu sudah berangkat dari tadi. Ia berjalan mencari angkutan umum yang lewat di sekitaran sana. Setelah menemukan angkot itu, ia pun cepat-cepat menaikinya.
“Bang lebih cepat sedikit dong, saya bisa terlambat kalau larinya kayak siput gini” ujar Balqis kesal.
“Iya dek, sabar” ujar sopir tersebut.
“Galak amat neng” ujar penumpang lainnya.
“Urusannya sama Lo apa?” ujar Balqis galak. Membuat siswa laki-laki itu diam.
“Cantik-cantik tapi galak” ujar temannya yang lain. Balqis yang mendengar itu tentu saja kesal.
“Heh bisa diam gak Lo berdua, gue sumpel mulut Lo pakai kaos kaki mampus Lo, jadi cowok tapi mulut kayak cewek aja” ujar Balqis pedas. Membuat mereka berdua langsung diam.
“Mang berhenti di sebelah sana” ujar Balqis, setelah itu ia membayar.
“Awas Lo berdua, ketemu lagi di jalan gue tendang tulang kering Lo berdua” ujar Balqis, membuat kedua cowok itu bergidik ngeri. Ia berjalan menuju gerbang sekolah yang telah tertutup rapat itu. Balqis memilih menghampiri pos satpam.
“Pak Ujang bukain gerbangnya” teriak Balqis.
“Tumben terlambat neng” ujar pak Ujang.
“Biasa pak, makasih yah pak” ujar Balqis dan berjalan menyusuri koridor sekolah. Matanya tidak sengaja melihat guru BK yang tengah berkeliaran, dengan cepat ia bersembunyi di belokan.
“semoga gak ketahuan... Semoga gak ketahuan” ujar Balqis berdoa. Sebuah tangan menyentuh pundaknya, membuat ia menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya.
“Lo ngapain di sini?” tanya seseorang yang sangat Balqis kenali suaranya, ia berbalik dan benar seperti dugaannya.
“Bangke Lo, bikin gue takut aja” ujar Balqis.
“Terlambat Lo yah” ujar Reindra.
“Gak usah kepo Lo” ujar Balqis dan berniat pergi, namun dengan sengaja Reindra berteriak membuat guru BK tersebut menoleh ke arah mereka berdua.
“Balqis terlambat Lo?” Teriak Reindra, membuat Balqis menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya. Reindra malah menampilkan senyum smirk nya itu.
“Balqis, mau kemana kamu? Ikut ibu” ujar guru tersebut, Balqis mendengus kemudian mengikuti guru tersebut. Sedangkan Reindra terkekeh melihat wajah Balqis yang tampak merah padam karena menahan kekesalannya.
Balqis tengah membersihkan toilet sekolah, ia tidak habis-habisnya mendumel dan mengeluarkan berbagai sumpah serapah nya kepada Reindra. Pel yang ia pegang ingin sekali ia patahkan saja. Ia menganggap bahwa pel itu adalah seorang Reindra. Matanya menatap nyalang pada orang-orang yang berlalu lalang di sana.
“Heh ngapain Lo semua mondar-mandir, Lo pikir gue tukang bersih-bersih” teriak Balqis. Mereka yang berada di dalam sana cepat- cepat keluar, dari pada kena amukan dari seorang Balqis yang sangat terkenal akan kegalakannya. Balqis mengusap keringatnya yang bercucuran, setelah selesai ia pun memilih kembali ke kelasnya.
“Qis kemana aja Lo? Hari gini baru datang” ujar Tasya saat melihat Balqis.