Seorang pria langsung mendatangi kantor orang asing yang memiliki wajah serupa dengan kekasihnya——mantan kekasihnya yang telah tiada. Meski yang menjadi calon istrinya ini juga memiliki wajah yang serupa, tapi Nada bukanlah Nara. Mereka jelas berbeda.
"Mencari siapa Pak?" tanya seorang resepsionis wanita kepada Arkan.
"Nada, saya tidak tahu nama panjangnya," jawab Arkan jujur. Merasa tidak perlu tahu siapa nama asli seorang Nada.
"Sebentar ya Bapak—" sejenak si wanita menjeda ucapanya.
"Arkan. Bilang saja Arkan."
Setelah mengucapkan itu, si wanita langsung menelpon seseorang di dalam ruangan untuk memamggil wanita yang bernama Nada. Sedangkan Arkan tidak tertarik untuk mendengarkan ucapan mereka hanya berdiri melihat-lihat penerbitan serta toko buku di dalamnya seperti Gramedia. Memang, perusahaan Nada bekerja sama dengan Gramedia, perusahaan penerbitan dan pengembangan buku terkenal.
"Bapak Arkan," panggil si wanita resepsionis itu lagi.
Arkan menoleh tanpa menyahut.
"Mbak Nada akan datang, sebentar lagi dia akan turun. Bapak tunggu saja di sini ya, atau mau masuk ke dalam, menunggu di ruang tunggu dalam saja?" tanya wanita itu lagi.
"Di sini saja," ujar Arkan.
Bukan apa-apa, Arkan hanya tidak mau bertemu orang laon untuk saat ini, apalagi bertemu Nada, yang notabene mirip sekali wajahnya dengan mantan calon istrinya. Bertemu dengan orang-orang di sekitar Nada, bagi Arkan sangat asing. Se-asing ketika Nara selalu bercerita kalau Nada itu pintar segalanya, termasuk memanipulasi. Sehingga dulu Nara takut sekali memperkenalkan dirinya kepada orang tua Nara, karena Nada bisa saja menyukai Arkan. Dan membuat Arkan menjadi miliknya, sehingga Nara menderita.
Sedang itu Nada bersenandung ria, entah kenapa dia senang hari ini padahal seharusnya tidak. Beberapa orang tahu, kalau saudara kembarnya meninggal. Tapi, hanya segelintir dari banyak orang yang tahu. Karena Nada bukanlah orang yang suka mempublikasikan sesuatu, meski itu saudara kembarnya sekalipun. Jujur, Nada sangat tertutup dengan kehidupan pribaid, itulah yang dulu mereka janjikan kepada orang tua bahkan juga perjaniannya terhadap Nara. Tapi, bukan berarti Nada tidak bersedih, hanya saja dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan karena hidupnya harus berjalan.
"Mbak Nada," panggil seorang karyawan Nada.
Ya, Nada adalah asisten manager, dan juga penulis yang cukup naik namanya. Tapi, sangat tertutup kehidupan pribadinya.
"Ya, kenapa?" tanyanya kepada bawahannya itu.
"Ada yang nunggu mbak Nada di depan," katanya.
"Depan? Kantor kita?" tanya Nada tak percaya.
Sebagau informasi, Nada tidak pernah ditunggu di kantornya sendiri, atau ditunggu oleh seseorang karena dia tidak punya kekasih atau siapaun untuk menunggunya selama ini. Sebab, jika ada yang mencarinya pasti karena pekerjaan, dan itu semua langsung to the point.