Rangga tersenyum pada Bu Pratiwi dan Bu Pratiwi pingsan seketika, membuat semua orang bingung dan segera menolongnya.
Bu Ros memijiti Bu Pratiwi yang nampak sudah agak tersadar, dia menoleh ke arah Rangga.
"Ustadz, kok, sakti sekali? Ustadz pakai jurus apa?" tanya Bu Ros.
Dika dan Rangga tertawa.
"Saya tidak pakai jurus apa-apa, Bu! Saya hanya mengerti kalau Bu Pratiwi memang digoda atau diganggu oleh jin, itu saja. Saya hanya akan membantu Bu Pratiwi," jawab Rangga setengah tertawa.
Bu Ros mengangguk.
"Iya, saya juga tahu itu, Ust. Saya pernah ke pesantren ruqyah. Suami saya malah sering ke sana untuk mengikuti kajian setiap hari Ahad dan kajian setelah sholat Jumat," kata Bu Ros, "saya juga pernah melihat proses ruqyah oleh ustadz Bai atau oleh ustadz yang lain. Tapi baru kali ini saya melihat ada orang yang langsung pingsan ketika melihat ustadz."
Mereka berdua tertawa lagi.
"Ah, mungkin hanya kebetulan saja, Bu," jawab Rangga, dia merasa tidak enak karena dianggap memiliki ilmu atau kesaktian sehingga bisa membuat orang itu langsung pingsan ketika didekatinya.
"Saya boleh minta tolong, Bu?" tanya Dika.
Bu Ros menoleh dan mengangguk.
"Njih, Ust. Bagaimana, njih?"
"Saya minta tolong semua rajah dan pajangan yang ada di rumah ini untuk dibersihkan dan dibakar ...."
"Tapi tadi pagi, ketika saya ke sini, semua pajangan dan rajah itu tidak ada, Ust! Saya juga paham sedikit tentang ruqyah, Ust! Saya dan terutama suami saya sudah membersihkan rumah ini dari semua hal yang berhubungan dengan kesyirikan!" seru Bu Ros, memotong Dika dengan cepat.
Dika dan Rangga berpandangan keheranan.
"Apa ada orang lain yang datang ke sini selain, Bu Ros?" tanya Dika lagi.
Bu Ros nampak heran, kemudian ragu dan bimbang.
"Kami selalu bergantian ke sini, Ust. Bahkan malam pun, pasti ada yang menemani Bu Pratiwi. Tapi kenapa baru sekarang ada orang yang memasang semua ini, ya, Ust?" tanya Bu Ros agak sangsi. Dia memandang Dika dan Rangga bergantian.
"Kita bersihkan saja, ya, Ust?" tanya Pak Beni, Dika dan Rangga mengangguk, mereka segera membersihkan rajah dan pajangan di rumah Bu Pratiwi, sementara Bu Ros menemani Bu Pratiwi yang sudah sadar.
"Bu, Bu Pratiwi rasanya gimana?" tanya Bu Ros.
Bu Pratiwi menggelengkan kepalanya.
"Biasa saja, Bu. Saya mimpi aneh," jawab Bu Pratiwi.
Bu Ros mulai berdebar.
"Mimpi apa, Bu?"
Bu Pratiwi nampak mengerjapkan mata beberapa kali. Dia tidak melihat ke arah Bu Ros. Dia malah melihat ke arah depan, dan kemudian Bu Pratiwi duduk dengan cukup mendadak. Dia tertawa.
"Lo, ternyata ada kamu, La?" tanya Bu Pratiwi dengan wajah dan nada suara yang begitu bahagia.
"Ibu kangen sama kamu, La!"
Bu Ros merinding ketika Bu Pratiwi memandang ke depan dengan pandangan setengah melamun, seakan sedang memandang entah siapa dan tangannya menggapai ke depan, seperti hendak meraih sesuatu. Dan ternyata suara Bu Pratiwi yang cukup keras itu mengundang perhatian para pria yang sedang berada di ruang tamu, dan juga membuat Mbok Ginem yang sedang ada di dapur pun langsung ikut masuk ke dalam kamar Bu Pratiwi.
"Ada apa, Bu?" tanya Mbok Ginem, mewakili pertanyaan orang lainnya.
Bu Ros menggelengkan kepalanya tanpa menoleh ke arah mereka.
"Mungkin Bu Pratiwi melihat Lila, ya?" jawab Bu Ros dalam pertanyaan. Mereka berpandangan, antara iba dan juga bingung.
"Bagaimana kalau kita coba ruqyah saja, Ust?" tanya Rangga.
"Jangan ganggu Lila, lo! Dia baru saja datang, sedang kecapekan," kata Bu Pratiwi sambil memandang ke arah Rangga.
"Lila pulang, Bu?" tanya Dika.
Bu Pratiwi mengangguk dengan wajah sebal.
"Iya! Dia baru pulang dari rumah neneknya. Mbok, ya, biarin dulu! Jangan diganggu!" seru Bu Pratiwi.
Rangga mulai agak khawatir, kalau Bu Pratiwi berada dalam gangguan jin sekaligus mulai mengalami halusinasi karena dia merindukan anaknya.