Kisah Cintaku : Terjebak dalam Cinta

Rigwaldy SInaga
Chapter #1

#1 Awal dari Semua

Liburan akhir semester telah usai dan hari ini pembelajaran untuk semester yang baru akan segera di mulai. Ruangan kelas yang saat itu sedang ribut dengan suara-suara berisik yang lebih pantas disebut di sebuah pasar daripada sebuah ruangan kelas mahasiswa tingkat II. Saya melihat sahabat saya Uki, Finna, Anna, Veby dan Fani sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Uki sedang menggoda Revi mahasiswi tercantik di kelas kami yang memiliki bentuk tubuh seperti seorang model, maklum saja si Uki terkenal dengan sebutan play boy yang selalu berganti-ganti pasangan. Anna justru sebaliknya, dia adalah gadis yang lumayan cantik dan periang tapi centil yang selalu suka menggoda para lelaki meskipun sampai kini dia belum punya pacar. Target dia kali ini ialah si Ronald, teman satu kelasku yang dikenal karena sifatnya yang pendiam dan kaku bahkan selalu gugup jika ada wanita yang sedang di dekatnya dan mungkin karena itulah si Anna sangat suka menggodainya. Veby dan Fani sedang bercerita-cerita dengan teman-teman wanita lainnya dan itu mungkin saja sedang membicarakan gosip-gosip selebriti terbaru yang sedang terjadi, yah maklum saja kebiasaan para wanita apabila sudah berkumpul bersama. Namun, ada seseorang yang membuatku heran sekaligus bingung. Dia ialah Indah seorang mahasiswi yang selalu duduk sendiri dan tidak pernah bergabung dengan yang lainnya dan juga selalu duduk di kursi paling belakang yang membuatku merinding karena rambutnya selalu dilepas menutupi wajahnya. Dia memang selalu seperti itu, entah apa yang merasukinya tapi aku tidak ambil pusing soal itu. Sedangkan Finna sedang asyik megutak-atik smartphonenya di sampingku sambil sesekali tersenyum, entah apa yang membuatnya tersenyum. Saya sendiri hanya melamun dan menatap ke layar handphoneku berharap pacarku membalas pesan yang dari tadi aku menunggunya.

Pacarku namanya Ecca yang juga kuliah dan satu angkatan denganku, namun bedanya dia kuliah sambil bekerja. Di pagi hari dia bekerja dan malam harinya dia kuliah, dia gadis yang mandiri dan pekerja keras. Aku berkenalan dengannya pada saat pendaftaran tahun lalu. Kami sangat jarang bertemu karena dia sibuk bekerja dan dia juga tinggal di rumah pamannya sehingga tidak mudah untuk bertemu dengan dia. Meskipun begitu, kami selalu saling kasih kabar dan selalu berkomunikasi via telpon ataupun video call-an dan tentunya ada rasa saling percaya antara aku dan dia. 

Dari semua penjelasan di atas sayalah pemeran utamanya. Namaku Rigwaldy, memiliki postur tubuh yang tinggi dan badan yang cukup ideal meskipun perut sedikit buncit dan masih tetap ganteng tentunya. Kata teman-temanku wajahku mirip dengan seorang aktor terkenal yang namanya Irwansyah. Tentu bisa dibayangkan para gadis pasti terpikat dengan ketampananku, bukannya sombong tapi sedikit angkuh saja. He he..

 “ Woiii... Melamun aja dari tadi.. “ Fanni mengejutkanku dan membuyarkan khayalanku sebagai kembaran artis.

 “ Gak ada,, Cuman mikirin kamu doang Finna jelek..” jawabku menggodanya.

 “ Sudahlah Al, aku tau kamu mikirin pacar kamu kan ? sudah tau dia sedang sibuk ... mending kita buat rencana untuk nanti malam. Gimana Al ? “  oh iya aku biasanya dipanggil Al atau Aldy.

 “ Iya papi... nanti malam koro-koro yukk papi...” entah sejak kapan si Anna sudah ada si samping kami. Hanya si Anna inilah yang selalu memanggilku dengan sebutan papi, aku agak risih mendengarnya tapi mau bagaimana lagi begitulah Anna.

 “ Siapa yahh... ikut-ikutan..” Sahut Finna dengan nada sedikit kesal.

 “ Aku kan mengajak papi, bukan kamu... “ tanpa rasa bersalah Anna membalasnya.

 “ Sudah-sudah... nanti saja kita bicarakan soal itu, teman-teman yang lain belum tentu setuju kan. “ kucoba menengahi keduanya.

Begitulah hampir setiap hari dengan perbedaan karakter dan sifat yang selalu tidak mau mengalah tetapi justru itu yang membuat persahabatan kami semakin akrab.

***

“ Sayang ,,, aku kangen. “ pesan yang kukirim sedari tadi.

“ Iya sayang,, aku juga kangen sayang. “ akhirnya Ecca membalasnya.

Ecca : “ Sayang nanti malam kita kencan yahh...”

Aku : “ Memangnya sayang dikasih izin sama paman ? “

Ecca : “ Iya dikasih sayang tapi ga bisa lama-lama sayang. “

Aku : “ Tapi kan sayang ada jadwal kuliah nanti malam... “

Ecca : “ Iya sayang, sesekali bolos satu mata kuliah bisalah, demi kencan sama sayang.”

Aku : “ Ya sudah,,, akupun kangen banget sayang, soalnya sudah lama kita ga kencan.”

Ecca : “ Sampai jumpa nanti malam yah sayang.. semangat belajarnya ... “

Aku : “ Sayang juga selamat bekerja yahh... I love you.. “

Ecca : “ I love you too, honey.

Aku tersenyum, akhirnya ada kesempatan yang begitu langka untuk berkencan dengan Ecca karena rasa rindu yang begitu dalam. Aku melihat jam dan berharap cepat berputar, tidak sabar untuk bertemu dengan Ecca malam ini.

***

Aku bergegas ingin langsung pulang ketika mata kuliah terakhir selesai. Ini adalah hari yang spesial karena nanti malam aku akan berkencan dengan pacarku Ecca. Di saat ingin pulang aku melihat para sahabatku sedang duduk di ruang diskusi dan tentu mereka bukan untuk belajar ada disitu tetapi untuk merencanakan sesuatu untuk nanti malam. Aku bingung harus lewat mana karena akan kelihatan saat aku berjalan menuju pintu keluar, lalu aku pergi menuju lab.komputer karena dari sana juga bisa langsung menuju pintu keluar kampus. Belum juga aku melangkah...

 “ Papi... papi... sini. “ panggil Ana dengan ceria dengan khas mulutnya yang lebar. Aku menghampiri mereka.

 “ Mau kemana Al, kelihatan buru-buru gitu..” Finna bertanya.

 “ Itu tadi mau ke lab, mau searching tugas yang tadi dikasih oleh dosen ...” Itu alasanku saja.

 “ Memangnya kamu pernah belajar, Al ?” Cetus Veby tiba-tiba.

 “ Iya, betul itu. “ Fani ikut-ikutan.

 “ Oke.. oke... Ada apa kalian ngumpul di sini ? Mau diskusi atau apa ini ? “ Ku coba mengalihkan.

 “ Jadi begini Al, nanti malam kita nonton film di bioskop ...... “ terang Finna.

 “ Ga mau... aku maunya koro-koro ..! “ potong Anna.

Dengan saling bertatap dan sedikit berdebat mereka berdua seakan tidak mau kalah dengan pilihannya. Memang di antara kami yang bersahabat hanya yang berdua inilah yang selalu berdebat soal apapun itu tetapi anehnya mereka berdua juga yang selalu tidak bisa terpisahkan.

 “ Jadi pendapat kalian bertiga bagaimana ...? “ mataku tertuju kepada Uki, Veby dan Fani.

 “ Terserah... mau ke mana pun boleh-boleh aja..” jawab Uki dengan santai, dia memang selalu seperti itu ke manapun diajak pasti dia mau tapi itulah susahnya tidak memberikan solusi apapun.

 “ Kalau kami berdua.. tidak masalah mau ke manapun malam ini asalkan kita bersama-sama. “ senyum Veby sambil merangkul si Fani. Sama juga tidak memberikan solusi...

Biasanya kalau sudah seperti ini kami memilih suara terbanyak alias voting tapi karena aku sudah janjian dengan Ecca tidak mungkin aku mengingkar janji.

 “ Maaf sebelumnya guyss... bukannya aku tidak mau tapi lebih baik kita tunda aja dulu untuk malam ini. Soalnya  aku sudah lebih dulu janjian sama Ecca. “ Aku terus terang sajalah dan tentu bisa ditebak wajah mereka kelihatan sedikit kecewa terutama si Finna dan Ana.

 “ Sudah lah Al.. memang kamu ga setia kawan... “ Finna yang mulai kelihatan kesal.

 “ Bukan begitu Finna, aku kan jarang ketemu sama Ecca sedangkan sama kalian kapanpun bisa. Iya kan.. ?” Aku harap dia mengerti.

 “ Okelah... ga usah jadi pun ga masalah, lebih baik aku pulang.” Finna merajuk dan langsung pergi begitu saja.

 “ Tenang papi... biar aku yang bujuk dia, palingan merajuknya bentar doang.” Anna tersenyum dan mengejar si Finna.

Begitu juga Uki, Vebi dan Fani mereka bertiga pulang dengan sedikit tersenyum melihatku. Di antara kami yang bersahabat si Finna inilah yang selalu keras kepala dan kemauannya harus dituruti, kalau tidak yahh... seperti inilah.

***

Malam kini telah tiba di sebuah taman kota yang begitu banyaknya manusia yang membuat suasana malam itu kelihatan ramai. Ada yang sedang bersama keluarga, ada yang kelihatan duduk sendiri, ada perkumpulan seperti komunitas dan banyak lagi. Tidak ketinggalan aku yang malam itu juga sedang bersama dengan Ecca. Setelah selesai dinner di sebuah kafe dekat taman itu, kami bersantai dan berbincang-bincang di taman. Suasana malam itu begitu indah dengan gerlap lampu-lampu taman kota disertai dengan hembusan angin yang sedikit dingin dan bintang di langit yang kelihatannya sedang tersenyum. Tentu, yang paling spesial ialah aku bersama dengan gadis yang kucintai sedang duduk di sampingku.

 “ Bagaimana kabar orang tua kamu, sayang ? “ aku memulai pembicaraan.

 “ Baik-baik aja sayang...  kalau orang tua sayang gimana ? “

 “ Baik juga . “ aku tersenyum.

Kami memang sudah saling mengenal dan mengetahui tentang keluarga kami masing-masing. Aku terus terang saja kalau keluargaku ialah keluarga yang sederhana di desa sana dan pekerjaan orang tuaku hanyalah petani. Berbeda dengan dia yang ayahnya seorang pns di kantor pemerintahan dan ibunya seorang guru tetapi dia tetap berusaha menjadi seorang yang mandiri dengan tetap kuliah sambil bekerja. Aku sebagai seorang lelaki terkadang malu dengan diriku sendiri yang hanya mengharapkan kiriman dari orang tua. Malam itu kami melepas rasa rindu dengan bercerita banyak hal, kami bercerita tentang apa yang terjadi di kampus dan tentang pekerjaan dia dan banyak hal lainnya. Hingga hal-hal yang lucu dan konyol aku ceritakan supaya dia tersenyum karena senyumannya yang manis membuat hatiku nyaman dan damai. Semoga saja rasa nyaman ini dirasakannya juga. Tanpa terasa jam di malam itu sepertinya terlalu cepat berputar karena malam sudah mulai larut dan taman itu kelihatan sudah mulai sepi. Lalu, aku meraih tangannya dan kuarahkan wajahnya menghadap ke arahku dan dia membalas genggamanku dengan begitu lembut dan kami tersenyum. Kucium keningnya dan dia memejamkan matanya...

 “ I love you.. “ dan dibalasnya “ I love you, too . “ tanpa buang-buang waktu aku pun mencium bibirnya dengan begitu lembut dan kami berpelukan begitu eratnya. Angin yang dingin di malam itu berubah menjadi lebih segar dan sejuk. Walaupun kencan kami hanya sebentar saja tapi itu sudah cukup bagi kami berdua merasakan kebahagiaan.

***

Setelah kejadian kemarin ketika aku lebih memilih kencan dengan Ecca dan aku mengabaikan ajakan para sahabatku, aku yakin dengan pasti mereka sedikit kecewa dan kesal. Tetapi itu hanyalah sebentar saja yang namanya sahabat terkadang berantam, sama-sama sedih dan bahagia itu sudah hal biasa. Saat aku memasuki ruangan kelas, mereka melihatku dengan ekspresi wajah yang sedikit kesal. Aku mencoba untuk tersenyum manis..

 “ Hai sobatku yang cantik... mukanya cemberut gitu, ada apa ? “ aku menggoda Anna.

 “ Ga usah sok imut lah papi... “ cetus Anna.

 “ Oke-oke... aku minta maaf soal kemarin .. “ aku memohon

 “ Aku biasa aja papi... ga ada masalah ko.. itu tuhh si Finna. “ dia melirik Finna dan aku menghampirinya.

 “ Hai Finna... “ aku tersenyum sambil merangkulnya.

 “ Ada apa senyum-senyum gitu..!?! “ dia cuek.

 “ Pulang kampus nanti makan yukk... aku yang traktir. “

 “ Kami ikut juga kan, Al ? “ entah darimana munculnya Ana, Vebi dan Fani dengan wajah cengar-cengir karena mendengar soal makanan apalagi kalau gratis.

 “ Gak jadi dehh... aku hanya bercanda. “

 “ Yahhhh... “ ucap mereka bertiga serentak seperti orang yang kehilangan keberuntungan.

 “ Ga boleh gitu dong, Al.. janji itu utang dan harus ditepati. Pokoknya kamu harus traktir kami pulang kampus nanti. “ Finna sudah berbicara dengan sedikit tersenyum dan mau tidak mau harus aku turuti sajalah.

Lihat selengkapnya