Kisah Cintaku : Terjebak dalam Cinta

Rigwaldy SInaga
Chapter #2

#2 Pertemuan yang Berbeda

Suatu malam aku berjalan pulang menuju kost dari bermain playstation dengan sobatku Uki. Aku berjalan melewati sebuah gang yang agak gelap dan sepi. Di sepanjang perjalanan aku masih terus memikirkan perbuatanku kepada Sari dan Lina. Betapa teganya aku melakukannya kepada mereka dan meskipun Lina tidak membenciku tetapi aku merasa canggung dan tidak enak hati setiap kali bertemu dengan dia. Sedangkan Sari menunjukkan sikap yang berbeda, dia masih marah dan kecewa tentang perlakuanku. Dia tidak lagi seperti biasanya yang mana sekarang dia selalu menghindar ketika melihatku bahkan sepertinya dia jijik melihatku. Aku memaklumi sikapnya itu tetapi aku hanya berharap dia mau berteman denganku lagi. Di saat aku memikirkan tentang mereka tiba-tiba saja ada suara seorang wanita yang mengejutkanku.

 “ Heii.. darimana ? ” Sapa wanita tersebut, pandanganku belum jelas melihat dia siapa karena jalanan yang agak gelap tetapi aku melihatnya dengan sesuatu yang berbeda. Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang dan darahku mengalir deras dari ujung kaki ke ujung kepala. Penampilannya begitu menawan dan menarik perhatianku.

 “ Dari... ” Belum sempat aku menjawab, dia membuatku lebih terkejut lagi dan tidak pernah kuduga sama sekali. Karena semakin dia mendekat, aku semakin jelas melihatnya dan ternyata ohh ternyata dia ialah Indah. Iya... Indah teman satu kelasku yang selalu menyendiri dan selalu duduk di belakang dan rambutnya yang selalu dilepas ke depan yang selalu membuatku merinding dan yang selalu ketika berjalan melihat ke bawah. Tapi kali ini penampilannya sangat sangat berbeda berbanding terbalik dari biasanya saat di kelas. Dengan memakai celana jeans dan kaos berwarna gelap dengan lengan bajunya sedikit dilipat dan juga rambutnya diikat begitu rapi sehingga terlihat jelas wajahnya yang ternyata begitu imut dan dia juga berjalan tegak dan kali ini dia tersenyum. Jantungku seakan berdetak lebih kencang dan lebih cepat.

 “ Kamu sendiri darimana ? ” Karena begitu gugupnya aku malah bertanya balik.

 “ Ohh.. ini barusan dari rumah teman. ” Dia tersenyum yang membuatku semakin gugup.

 “ Aku duluan yah.. ” Lanjutnya lagi dan aku masih terdiam sambil melihat dia berjalan tanpa menjawab pertanyaannya. Aku berpikir apakah aku sedang bermimpi karena dia kelihatan begitu santai malam ini tidak seperti biasanya yang selalu bersikap datar tanpa senyuman. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar suaranya dengan jelas dan juga pertama kalinya kami berbicara meskipun kami sudah bertemu setiap hari dan sudah bersama di satu kelas yang sama di waktu yang cukup lama juga.

Sepanjang malam itu aku masih belum percaya tentang apa yang kulihat. Apa mungkin si Indah yang sama sekali tidak menarik perhatianku tiba-tiba berubah dengan penampilan yang berbeda dan yang paling anehnya kenapa jantungku berdetak kencang saat aku melihat dia. Apa mungkin aku salah orang ? Pikiranku selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan tentang dia. Suaranya selalu terdengar di telingaku, apakah aku jatuh cinta ? itu bukan Indah, itu tidak mungkin dia. Mengapa aku seperti ini ? aku bisa gila memikirkannya.

***

Karena rasa penasaran yang semakin dalam dan aku selalu memikirkan apakah yang aku lihat kemarin malam itu si Indah atau bukan sampai membuatku sulit tidur sepanjang malam. Aku harus memastikan apakah benar si Indah yang mampu membuat jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Ketika di kampus pun aku hanya memperhatikan dia dan aku pikir jika benar si Indah yang aku lihat malam itu begitu bertolak belakang dengan Indah yang sedang berada di kelas saat ini. Aku juga semakin dibuat bingung karena dibandingkan dengan cara berjalannya saja sudah berbeda, yang mana saat malam itu dia berjalan begitu santai dan juga penuh senyuman sedangkan saat kuperhatikan saat di kampus cara berjalannya sangat tidak menarik karena dia berjalan lurus saja dengan kepala tertunduk tanpa peduli kiri-kanan dan tidak ada senyuman sedikit pun. Selain itu penampilannya juga sangat berbeda yang mana malam itu rambutnya diikat rapi sehingga terlihat wajahnya yang imut sedangkan di kelas kini rambutnya dibiarkan terlepas berantakan menutupi wajahnya yang datar itu.

Aku yakin wanita yang kulihat malam itu bukan Indah. Semakin aku yakin bahwa wanita itu bukan dia justru rasa penasaranku semakin besar dan kembali jantungku berdetak kencang seperti merasakan sesuatu yang beda. Baiklah... untuk menjawab rasa penasaranku aku harus menhampiri dia tetapi aku harus memulai darimana ? apakah aku harus bertanya langung kepada dia ? Selama ini kami belum pernah berbicara sama sekali selain malam itu itupun hanya sebuah kebetulan. Lalu kuberanikan diriku untuk berbicara dengan dia meskipun aku merasa gugup dan baru kali ini aku merasa deg-degan untuk mendekati wanita. Seperti biasa dia selalu duduk paling belakang dan sendirian ibarat wanita yang misterius.

 “ Hai... ” Sapaku sambil duduk di sampingnya dan dia sedang menulis sesuatu yang aku tidak tahu pasti apa yang dia tulis. Aku perhatikan dia begitu kaku dan tegang tidak ada reaksi sama sekali dan wajahnya tidak begitu jelas terlihat karena ditutupi rambutnya. Ini perempuan kenapa yahh, masa sudah disapa tetapi diam begitu saja. Dia masih diam dan menulis sesuatu yang tidak jelas. Aneh juga rasanya dicuekin sperti ini... Lalu tanpa sengaja aku memegang lengannya dan ...

 “ PLAKKKK.... !!! ” Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiriku yang membuatku begitu kaget.

 “ Kamu jangan macam-macam yahh... jangan pernah kamu berpikiran sikap baikku tempo hari itu berarti sesuka hatimu untuk berbicara denganku.. MENGERTI ? ” Ucapnya begitu tegas dan tatapan matanya yang tajam saat mengatakan itu. Untung saja teman-teman yang lain tidak ada yang memperhatikan kejadian memalukan ini. Rasanya begitu malu dan ini baru pertama kalinya aku ditampar oleh perempuan ketika mencoba mendekatinya. Aku pun langsung pergi dan aku heran kenapalah ada perempuan seperti dia.

          Tidak kusangka sama sekali kalau dia akan bersikap kasar seperti itu, tetapi tidak tahu kenapa aku malah semakin merasa tertantang untuk lebih mengetahui tentang dia. Kini aku yakin wanita yang kulihat malam itu ternyata memang dia. Ketika dia menamparku terlihat jelas wajahnya dan meskipun tatapan matanya sangat tajam menatapku masih saja terlihat imut dan cantik. Aku sendiri heran sekaligus penasaran mengapa dia memiliki sikap yang berbeda seperti itu dan mengapa juga penampilannya begitu bertolak belakang di kampus dan di luar kampus.Rasa ingin tahuku tentang dia semakin besar dan tentu aku tidak menyangka seseorang seperti si Indah itu mampu memikat hatiku.

***

Meskipun dia bersikap kasar terhadapku tetapi aku tidak marah sama sekali dan aku justru ingin tahu lebih tentang kepribadiannya. Aku tidak tahu pasti perasaan seperti apa yang kualami saat ini. Apakah perasaan suka atau sesuatu yang lain, aku tidak tahu yang pastinya sesuatu yang berbeda. Aku harus memulai darimana untuk mendekati dia ? Aku bingung karena untuk diajak berbicara saja dicuekin gitu, apalagi tersentuh sedikit saja sudah langsung ditamparnya.

Aku teringat sobatku Uki dan untung saja ada orang seperti dia karena untuk urusan memikat hati perempuan dialah jagoannya. Kalau tidak salah aku juga pernah melihat dia berbicara dengan Indah dan mungkin dia bisa membantuku.

 “ Bro.. kamu tahu gak si Indah yang selalu duduk di belakang itu ? ” Aku menunjuk ke arah si Indah.

 “ Iya tahu ... memangnya kenapa dia ? ”

 “ Begini bro... kemarin malam tanpa sengaja aku bertemu dengan dia dan spertinya aku merasakan sesuatu yang beda, bro. ” Terangku dan dia sedikit bingung maksud perkataanku.

 “ Sesuatu yang beda.. maksudnya ??? ”

 “ Masa kamu gak tahu, Bro. Sesuatu yang beda ketika kamu bertemu dengan seorang perempuan.. ” Sepertinya dia sudah mengerti.

 “ Serius ? si Indah, bro ? hahaha...” Ekspresinya tidak percaya dan dia malah tertawa.

 “ Iya bro. Aku serius. ” Dia mungkin tidak menyangka si Indah yang tidak menarik bagi kaum Adam ternyata mampu memikat hati sobatnya ini.

 “ Oke.. oke bro... jadi pacar kamu bagaimana ? ” Dia mengingatkanku tentang Ecca.

 “ Itu bisa diaturlah.. ” Dia kembali dengan ekspresi tidak percaya karena mungkin tidak menyangka aku yang setia dengan pacarku tiba-tiba ingin mendua dan perempuan yang membuatku seperti ini ialah Indah.

 “ Tunggu apa lagi ... dekatin aja mumpung dia lagi sendirian itu.. ” Dia melihat ke arah Indah.

 “ Itu dia masalahnya bro, aku mau minta bantuan kamu.. soalnya aku dicuekin gitu, malah kena tamparan karena tanpa sengaja aku memegang lengannya. ” Sambil kupegang pipiku.

 “ Hahaha... yang sabar ajalah bro. ” Dia malah kembali tertawa dan lama-lama aku kesal juga mendengar tertawaanya itu.

 “ Aku serius bro.. kamu mau bantu atau tidak ? ” Dengan nada kesal dan aku menatapnya serius.

 “ Tenang, bro. Mau dibantu bagaimana ini ? ” Dia menyadari rasa kesalku.

 “ Nanti pulang dari kampus kan kita ke bioskop nih, bro. Bisa kamu atur supaya dia ikut dengan kita ? ” Aku yakin ini urusan kecil buat dia. Dia melihatku..

 “ Santai aja, bro. Urusan beginian gampang.. percayakan sama sobatmu ini. ” Dia tersenyum dan kami melakukan tos. Tapi dia kembali menatapku dengan sedikit tertawa...

 “ Serius dengan si Indah, bro ? ”

Sialan ... !!!

***

Mungkin tidak salah jika ada penghargaan untuk urusan mendekati perempuan yang akan menjadi pemenangnya ialah sobatku Uki. Bagaimana tidak, Indah yang sifatnya sensitif dan penyendiri dan miterius itu bisa ia luluhkan. Seperti yang ia katakan akan membantuku untuk mengajak Indah ke bioskop ternyata benar dan bagaimana caranya aku sendiri tidak tahu bagaimana ia melakukan itu. Pantas saja dia terkenal dengan sebutan player dan untung saja Indah bukan tipe perempuan pilihannnya sehingga aku tidak perlu khawatir dan dia juga sobatku jadi tidak mungkinlah dia menusukku dari belakang.

           Seperti biasa aku dan para sahabatku akan pergi menonton ke bioskop, ada yang berbeda kali ini karena ada satu orang lagi yang ikut bersama kami yaitu Indah. Tentu ini ialah rencanaku untuk bisa mendekati dia berkat bantuan Uki sedangkan yang lain masih belum tahu akan hal itu. Lalu aku dengan sengaja memilih tempat duduk tepat di samping Indah dan aku tidak terlalu peduli dengan film apa yang sedang diputar karena pandanganku hanya untuk Indah. Penampilannya yang kemarin malam itu kembali kulihat hari ini. Begitu juga dengan wajahnya yang cantik dan imut, terkadang dia senyum dan tertawa. Namun menurutku ada sesuatu yang aneh, ternyata setelah kuperhatikan dia begitu mudah akrab dengan yang lainnya tetapi saat dia melihatku dia seperti jijik atau apalah yang membuat senyumannya langung menghilang.

           Aku tidak tahu harus berkata apa pada saat itu karena rasanya tidak seperti diriku sendiri. Mulutku begitu kaku dibuatnya dan aku berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk mengajak dia bebicara.

 “ Romantis sekali ya filmnya ... ” Aku mencoba untuk memulai supaya aku bisa berbicara dengan dia tetapi dia malah menunjukkan sikap yang aneh. Dia menyilangkan jari telunjuknya di dahi seperti ingin berkata ‘Dasar orang aneh’ dan menaikkan kedua bahunya lalu dia berpindah tempat duduk dengan Finna. Menurutku itu sikap yang kurang sopan ketika ada orang yang sedang berbicara tetapi sikapnya seperti itu. Aku juga merasa perkataanku tidak ada yang salah, lalu Finna sudah di sampingku dan tersenyum dan aku merasa sedikit muak dengan senyuman Finna. Aku pun kembali fokus ke layar dan pantas saja Indah bersikap seperti itu karena ternyata film yang sedang kami tonton adalah film horor. Karena dari tadi aku hanya fokus kepada indah, aku tidak menyadari film apa yang sedang kami tonton itu yang sebenarnya aku takut menonton film horor. Apapula romantis-romantisnya, iya kan ?.

***

Meskipun pendekatanku kepada Indah belum berhasil tetapi aku tidak menyerah, sepertinya kali ini aku benar-benar serius tentang perasaanku. Mungkinkah aku sudah jatuh cinta kepada dia ? aku harus berusaha lebih untuk itu.

           Seperti tidak peduli dengan tamparan yang pernah aku terima, kembali aku menghampiri Indah yang seperti biasanya dia duduk di kursi paling belakang. Dia sedang menulis sesuatu yang aku tidak tahu apa itu.

 “ Lagi menulis apa ? ” Aku duduk di sampingnya dan sekarang aku sudah mengantisipasi apabila dia akan menamparku nantinya. Dia tetap saja diam dan terus melanjutkan tulisannya. Aku perhatikan hanya tangannya saja yang bergerak sedangkan badan dan kepalanya begitu kaku.

 “ Aku bingung... mengapa ada gadis seperti kamu yang memiliki penampilan yang berbeda di dalam dan di luar kampus... ” Aku mencoba mencari topik supaya dia tertarik untuk berbicara.

 “ Padahal sebenarnya kamu itu cantik, apalagi kalau rambut kamu diikat dengan rapi terus senyuman kamu juga membuat kamu semakin cantik dan menawan... ” Aku seperti berbicara dengan diri sendiri karena dia masih saja diam. Aku pikir perempuan normal manapun apabila dipuji seperti itu pasti ada responnya tetapi dia tidak.

 “Aku juga yakin kalau kamu berpenampilan seperti kemarin, pasti banyak lelaki yang suka sama kamu.. termasuk aku salah satunya. ” Lanjutku lagi sambil tersenyum. Ini perempuan atau bukan sih, masih saja diam dan aku pun dengan iseng berkata.

 “ Apalagi kalau menjadi pacar, siapa sih yang tidak mau. Aku sendiri pasti mau jadi pacar kamu.... ” Aku memancing dia untuk berbicara dan aku menatap ke arah dia... namun tanpa dugaanku lagi...

“ PLAKKKKK... ”. Kali ini begitu terasa daripada sebelumnnya, tamparan keras kembali aku terima padahal aku sudah berjaga-jaga untuk itu.

Lihat selengkapnya