Setelah malam itu, ketika Aira akhirnya mengungkapkan ketakutannya dan Zayn membalas dengan kata-kata yang menenangkan, semuanya terasa berbeda. Tapi bagi Aira, ketakutan itu belum benar-benar hilang. Ia masih merasa terjebak antara keinginan untuk lebih dekat dengan Zayn dan rasa takut akan kemungkinan yang tidak pasti. Bagaimana jika semuanya berakhir buruk? Apa yang akan terjadi jika Zayn hanya merasa kasihan padanya, bukan cinta? Aira merasa kebingungan, hati dan pikirannya bertarung satu sama lain.
Zayn, di sisi lain, tahu bahwa Aira masih ragu. Ia bisa melihatnya dalam setiap gerakan dan kata-kata yang Aira ucapkan, meskipun Aira berusaha untuk menutupi perasaannya. Ia bisa merasakan betapa cemasnya Aira, bagaimana ketakutan itu membebani langkah-langkahnya. Namun, Zayn juga tahu bahwa ketakutan itu bukan hal yang bisa dihindari begitu saja. Ia harus sabar, memberi Aira ruang untuk meresapi semua perubahan yang terjadi antara mereka. Meski terkadang ia merasa frustasi karena tidak bisa segera meruntuhkan dinding yang dibangun Aira, Zayn tahu bahwa dia harus melangkah perlahan.
Setiap kali mereka bersama, Zayn selalu mencoba membuat suasana menjadi lebih nyaman. Dia mengajak Aira untuk berbicara tentang hal-hal ringan, atau sekadar berjalan bersama setelah kelas. Dia tidak memaksanya untuk membuka hati, tetapi setiap kali mereka berbicara, ia berharap Aira merasa sedikit lebih tenang, sedikit lebih terbuka. Namun, meskipun Zayn terus berusaha mendekatkan diri, Aira merasa ketakutannya semakin besar. Ia tidak tahu mengapa, tetapi semakin dekat mereka, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya.
"Apa yang sebenarnya Zayn rasakan padaku?" Aira sering bertanya-tanya dalam hati. "Apakah dia benar-benar peduli, atau hanya merasa kasihan padaku? Mungkin aku hanya orang yang mudah diajak bicara, atau teman yang dia anggap biasa saja."
Setiap kali Zayn tersenyum padanya, atau ketika ia meluangkan waktu untuk berbicara lebih lama, Aira merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Namun, di balik setiap senyuman Zayn, ada ketakutan yang menghantui Aira. Ia takut jika Zayn hanya berpura-pura peduli padanya, takut jika semua perhatian Zayn adalah bentuk belas kasihan, bukan perasaan yang lebih dalam.