Setelah percakapan yang mengguncang dunia Aira, ia merasa ada kedamaian yang datang begitu mendalam. Kata-kata Zayn yang penuh pengertian dan kasih sayang menenangkan segala kecemasan yang selama ini mengganggunya. Namun, meskipun hatinya merasa lebih ringan, ada perasaan baru yang muncul—ketakutan akan masa depan hubungan mereka. Aira tahu bahwa ini adalah langkah besar, dan meskipun Zayn mengungkapkan bahwa ia merasakan hal yang sama, ia tidak bisa mengabaikan rasa takut yang masih menggelayuti dirinya.
Hari-hari setelah percakapan itu terasa berbeda. Mereka mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama, tidak lagi hanya berbicara tentang kuliah atau tugas, tetapi mulai lebih terbuka mengenai kehidupan pribadi mereka. Aira merasa semakin nyaman dengan Zayn, namun ia juga merasakan adanya ketegangan kecil. Ketegangan yang datang bukan karena ketidakpastian, tetapi lebih karena rasa takut akan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang. Apa yang akan terjadi jika hubungan ini ternyata membawa lebih banyak tantangan daripada yang mereka kira?
Suatu sore, setelah mereka selesai belajar bersama di perpustakaan, Zayn mengajak Aira untuk berjalan-jalan di taman yang tenang. Suasana yang sejuk, dengan daun-daun yang berguguran di sekitar mereka, memberikan perasaan nyaman yang sangat dibutuhkan oleh Aira. Mereka duduk di bangku taman yang sering mereka kunjungi bersama. Zayn menatap Aira dengan senyum lembut, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Aira.
"Aira," Zayn memulai percakapan, suaranya tenang namun penuh perhatian, "Aku tahu kita baru saja mulai, dan aku tahu kamu masih merasa cemas. Aku ingin kamu tahu bahwa aku juga takut. Aku takut kalau hubungan ini bisa merusak apa yang sudah kita bangun sebagai teman. Tapi aku percaya bahwa kita bisa menghadapinya bersama, kalau kita saling mendukung."
Aira menatap Zayn, matanya mulai berkaca-kaca mendengar kata-kata itu. Ia merasa sangat terharu. Zayn, dengan segala kebijaksanaannya, mengerti ketakutannya. Ia tidak hanya menyarankan untuk melangkah maju tanpa memikirkan segala kemungkinan, tetapi ia juga menyadari pentingnya persahabatan yang telah mereka bangun sebelum segala perasaan itu muncul.