“Oke …,” Darren berusaha mencari alasan. “malam sudah larut dan besok aku harus sekolah. Jadi ….”
“Hei, kau mau ke mana?” Malcolm mencegah kepergian Darren dengan menarik ujung jaketnya. “Tidakkah kau ingin menyelamatkan Rosalynn?”
“Aku ingin sekali menyelamatkan Rosalynn, tapi setelah aku pikir-pikir …, hal itu mustahil.” Tegas Darren. “Rosalynn sudah tiada. Kita tidak mungkin menyelamatkannya. Semua itu terjadi di masa lalu. Waktu bersifat satu arah, kita tidak mungkin mundur kembali ke belakang.”
“Apa kau tidak dengar ucapanku barusan?” Malcolm menggetok kepala Darren. “Apa isi kepalamu itu kosong? Aku telah menemukan cara untuk kembali ke masa lalu. Kita bisa menyelamatkan Rosalynn.”
“Caranya?”
“Cara apa?”
“Kita bisa kembali ke masa lalu?” Darren mengulangi pertanyaannya/
“Ahhh…, penjelasannya rumit." Malcolm mendecakkan lidahnya. "Kau pasti ….”
“Coba saja dulu!” Tukas Darren sebal.
“Maksudmu?” Malcolm memandang Darren dengan kening berkerut.
Darren mengerang, “kalau kau ingin aku percaya pada ucapanmu, maka kau harus menjelaskan padaku bagaimana caranya.”
“Aku sudah menjelaskannya padamu, yaitu dengan wormhole atau lubang cacing. Jadi ….”
“Tapi cara itu hanya bisa di lakukan di ruang angkasa, kan?” Potong Darren. “Tidak di bumi yang sangat dipengaruhi oleh hukum fisika. Aku sama sekali tidak percaya kalau tubuhku ini bisa masuk ke suatu portal dan muncul di ….”
“Nah!” Seru Malcolm setengah menjerit. “Di situlah salahmu.”
“Apa?” Darren semakin bingung.
“Kita bisa melakukan perjalanan waktu dengan ini.” Malcolm mengetuk kepalanya sendiri.
“Dengan akal?”
“Bukan bodoh!” Tukas Malcolm. “Kesadaranmu yang akan melakukan perjalanan waktu.”
“Aku malah makin bingung.”
“Sudah pasti kau bingung.” Desah Malcolm. “Itu karena kau hanya remaja blo’on yang .…”
“Kau benar-benar minta dihajar, ya?” Darren menunjukkan tangan kanannya yang terkepal. Suaranya yang rendah bernada ancaman. “Tolong lanjutkan penjelasannya dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.”
“Oke …, oke …, tunggu sebentar.” Malcolm melihat ke sekelilingnya. Kemudian meraba semua kantung yang ada di pakaiannya. “AHA! Ketemu.”
“Kapur?”
“Ya, dengan benda ini aku akan menjelaskannya.” Malcolm tersenyum lebar penuh kemenangan. Kemudian pemuda bule berambut pirang itu duduk di bawah. “Ayo sini duduk.”
Darren mendesah sebelum ikut duduk di bawah.
“Kenapa kau duduk di situ.” Protes Malcolm. “Mendekatlah sedikit.”
“Ogah! Badanmu bau. Kapan terakhir kali kau mandi?”
“Mandi hanya buang-buang waktu dan ….”
“Hei, jangan melantur.”
“Oke, sekarang kau pasti sadar kalau manusia memiliki kesadaran atau akal budinya sendiri. Rentang waktu kesadaran manusia berjalan dari waktu ia di lahirkan …,” Malcolm membuat garis lurus di atas batako. “hingga masa sekarang. Bagaimana jika aku katakan, aku bisa memanipulasi ruang dan waktu di dalam pikiran manusia, sehingga manusia itu bisa mengakses masa-masa tertentu di dalam rentang hidupnya.”
“Maksudnya?”
“Kesadaranmu ini, bisa kembali ke masa lalu. Tepatnya dirimu yang ada di masa ini, bisa mengendalikan tubuhmu yang di masa lalu. Dengan demikian, kau bisa melakukan hal yang berbeda dari yang pernah kau lakukan dulu. Mencegah Rosalynn, agar kejadian yang naas itu tidak pernah terjadi.”
Darren terdiam saat mendengarkan penjelasan itu. Berpikir.
“Berarti berhasil atau tidaknya perjalanan waktu ini sangat tergantung pada diriku sendiri?” Darren bertanya sambil memegang dagunya.
“Itu benar. Seberapa kuatnya kau berkonsentrasi pada masa lalu yang mana yang menjadi tujuanmu.”