Kisah di Akhir November

Roy Rolland
Chapter #9

Bagian Kedua: 04 - Aku Takut.

“Kau kemana saja?” Rosalynn merajuk sambil menatap Darren dengan pandangan menyalahkan. Saat ini, Rosalynn tengah duduk di sebuah kursi taman . Panjangnya hampir dua meter, namun gadis itu memilih duduk di ujung sebelah kiri dan membiarkan sisanya kosong. “Aku pikir kau langsung pulang.”

“Maafkan aku.”Ujar Darren. “Seharusnya tadi aku tidak sok tahu.”

Saat ini, ia dan Rosalynn tengah berada di taman yang terletak di seberang gedung mall. Pada saat-saat tertentu, taman ini digunakan untuk sebagai tempat mengadakan festival, baik musik maupun makanan. Tapi sore ini, taman ini tengah tidak dipergunakan untuk acara apa pun.

Taman ini adalah tempat kesukaan Rosalynn di Swargakarta. Tempatnya luas dan penuh oleh pohon-pohon rindang yang teduh. Kala berada di taman ini untuk menggambar atau membaca buku, gadis itu suka lupa diri. Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam dan pulang saat matahari hampir terbenam. Ibu Hubbard, pengasuhnya sampai dibuatnya khawatir. Bukan karena Rosalynn senang keluyuran di luar, tapi karena gadis itu selalu menghabiskan waktu seorang diri. Dengan kata lain, di Swargakarta Rosalynn tidak punya teman seorang pun.

“Kau tidak salah.” Rosalynn menutup matanya. Seketika itu juga napasnya sesak. “Aku yang salah. Aku tidak bisa menjaga emosiku. Aku mudah tersinggung. Mungkin tiu sebabnya aku tidak punya seorang teman pun, karena aku gadis yang menyebalkan.”

Rosalynn mengakhiri ucapannya dengan lirih.

“Kau pasti sudah muak dengan sikapku.” Lanjutnya. "Aku mengecewakan, iyakan?"

“Sama sekali tidak.” Darren memberikan sesuatu dalam cup plastic mungil. “Aku membelikanmu eskrim, kau suka ‘kan?”

Wajah muramnya mulai menyunggingkan senyuman. Aneh sekali, bagi Darren Rosalynn bagaikan foto hitam putih dan sekarang foto itu jadi berwarna.

Sesuka itukah Rosalynn pada eskrim?

“Kau bahkan menambahkan toping di atasnya.” Rosalynn mengaduk-aduk bagian atas eskrimnya. “Kiwi, strawberry, nanas …, seleramu boleh juga.”

“Syukurlah kalau kau suka.” Darren duduk di ujung sebelah kanan.

“Gadis mana yang tidak suka eskrim.” Senyum Rosalynn belum juga hilang. “Aku makan, ya?”

Darren mengangguk dan dengan tidak sabar menunggu reaksi Rosalynn saat memasukkan eskrim itu ke dalam mulutnya.

Reaksinya sungguh di luar dugaan.

Gadis itu tersedak. Namun, sebagai wanita yang anggun, amat pantang bagi Rosalynn untuk memuntahkan makanan yang dihadiahkan untuknya. Dengan tabah gadis itu menelannya.

“Bagaimana?” Darren bertanya dengan wajah meringis. Tanpa bertanya pun, Darren bisa menduga apa jawabannya.

“Rasanya enak.”

“Jangan bohong. Kau bahkan sampai nyaris tersedak.”

“Aku tidak bohong, hanya saja aku tidak sangka kalau yang kau belikan ini eskrim yoghurt dan rasanya asam sekali.” Rosalynn menarik napas sebelum kembali memasukkannya ke dalam mulut. “Tapi kalau kau memakannya bersamaan dengan toping, rasanya lumayan.”

“Nah ketahuan, ‘kan. Katamu rasanya jadi lumayan kalau dimakan barengan dengan toping.”

Rosalynn tertawa. “Maaf, sejujurnya aku benci yoghurt.”

“Lalu kenapa kau terus memakannya?”

“Karena kau yang membelikannya untukku.” Jawab Rosalynn sebelum kembali memasukkan yoghurt itu ke dalam mulut. “Kalau boleh tahu, kenapa kau membelikan ini?”

“Entahlah,” Darren mendesah dan memangku kepalanya dengan tangan yang sikunya menempel di punggung kursi. “saat aku sedang menyusulmu, aku melihat kiosnya penuh oleh gadis-gadis remaja. Penampilan mereka seperti model, aku pikir mungkin kau akan menyukainya karena ….”

Tiba-tiba Darren terdiam.

“Kenapa?” Tanya Rosalynn pelan. “Karena menurutmu aku sama seperti mereka?”

“Maaf.”

Lihat selengkapnya