“Ayo cepat, Darren ….” Ajak Rosalynn saat melihat Taman Botani sudah ramai oleh pengunjung.
“Hei, pelan-pelan.” Sigap Darren memegang tangan Rosalynn untuk menjaganya agar tidak terjatuh. “Kau tidak mau tersandung, ‘kan?”
“Maaf ….” Sesaat Rosalynn membuat raut tersenyum sebelum kembali hambar. “Aku tidak sabar ingin mencicipi puding bakar.”
“Puding bakar?” Darren melihat ke sekeliling tempatnya berdiri yang penuh dengan berbagai kios makanan. “Di mana? Aku tidak lihat.”
“Tidak bisakah kau menciumnya?” Rosalynn menggigit bibir bawah untuk mencegah senyumnya merekah. “Ayo!”
Darren membiarkan dirinya di tarik. Menembus kerumunan. Jauh hingga nyaris di ujung tempat pameran berbagai produk olahan buah. Kemudian ….
“Ternyata ada lebih dari satu jenis puding.” Mata Rosalynn berkilat saat melihat pencuci mulut kesukaannya tertata rapi di sebuah kios yang didesain apik. Kemudian dengan cepat, ia bertanya pada penjual. “Apa semuanya puding bakar?”
Darren memperhatikan, lagi-lagi Rosalynn kembali menggigit bibir bawahnya untuk mencegah senyumnya melebar. Ini adalah kebiasaan Rosalynn yang dulu luput dari perhatiannya.
“Iya.” Jawab si penjual. Dia adalah seorang gadis muda yang cantik dengan kulit kecokelatan akibat terbakar matahari. “Kami menjual beberapa jenis, seperti pudding apel bakar, labu bakar, kurma bakar, pandan bakar dan tentu saja Casablanca cokelat bakar.”
“Kurma?” Aku ikut nimbrung. “Bahan-bahan yang digunakan asli dari semua jenis buah dan tumbuhan yang dikembangkan di sini, iya ‘kan.”
“Betuk, Kak.”
“Berarti Taman ini juga membudidayakan kurma?”
“Budidaya kurma bukan hal baru di Indonesia. “ Penjual itu menjelaskan. “Kalau memang kalian ingin tahu lebih lanjut, saya menyarankan untuk pergi ke Cilegon atau Cibubur. Awalnya kami juga belajar dari mereka.”
“Kapan-kapan kami pasti ke sana.” Rosalynn berkata sebelum menunjuk ke sebuah kue yang menarik perhatiannya. “Kalau yang ini apa?”
“Itu adalah puding lapis agar bakar. Untuk kue ini, kami tidak menggunakan tepung melainkan agar, sehingga teksturnya lembut sekali.”
“Aku jadi kepingin.” Rosalynn membasahi bibirnya. “Kalau begitu kami pesan masing-masing dua.”
“Dua?” Aku mengerutkan kening.
“Untuk aku satu dan kau satu.” Jelas Rosalynn.
“Tapi ada nyaris dua puluh jenis puding bakar di sini.” Protesku. “Kita tidak mungkin menghabiskannya.”
“Kita harus menghabiskannya.”
“Tidak mungkin bisa sekaligus.”
“Kalau begitu kita tidak akan pulang sebelum menghabiskan semuanya.” Tukas Rosalynn sambil tertawa kecil. “Setuju?”
Mendengar itu Darren sadar, kalau Rosalynn ingin menghabiskan waktu yang lama bersamanya di taman ini.
“Oke,” Darren menyerah. “terserah kau saja.”
“Nah, gitu dong.” Sahut Rosalynn riang.
Kemudian Rosalynn dan Darren kembali berkeliling taman. Selama itu pula, Darren merasakan pegal di kedua tangannya karena terus memegang barang-barang belanjaan Rosalynn. Dalam hatinya, Darren ingin segera memakan semuanya agar kedua tangannya terasa lebih ringan. Tetapi ….
“Darren, ke sini ....”
Rosalynn menyeretnya menuju sebuah tenda berukuran besar yang ada di sudut terjauh taman. Tenda itu terlihat istimewa, karena satu-satunya tempat yang menggunakan panggung kecil berlantai kayu. Rupanya itu adalah kios buku.
“Aku berhutang buku padamu,” jelas Rosalynn. “pilihlah buku yang kau suka.”
Darren melihat buku-buku yang dipajang sekilas.
“Tidak ada.” Darren menggelengkan kepalanya.
“Kau yakin?” Rosalynn meletakkan jarinya di bawah dagu. Berpikir. “Bagaimana kalau novel horror ini atau ….”
“Belum ada yang menarik minatku.” Potong Darren. “Tidak perlu terburu-buru. Kita masih punya banyak waktu.”
“Apa mungkin kau lebih suka buku saku?” Rosalynn berkata tanpa memedulikan ucapan Darren. “Mungkin diawali dengan buku fantasi anak-anak saja. Bagaimana kalau…”
“Bagaimana kalau kita makan saja kue-kue ini?” Potong Darren sambil mengangkat tangan kanannya yang sibuk memegang plastik belanjaan. “Omong-omong, aku pikir motto tempat ini adalah peduli pada lingkungan hidup, tapi …, kenapa mereka menggunakan kantung plastik semacam ini?”
“Plastik itu bukan plastik biasa.” Terang Rosalynn serayu memimpin jalan keluar. “Plastik itu bernama polylactic acid atau PLA. Jenis ini amat ramah lingkungan karena terbuat dari kulit jagung. Bahkan akan terurai dalam waktu enam bulan.”
“Wow, kau sungguh banyak tahu.”
“Aku hanya tahu hal-hal yang memang aku tahu.” Rosalynn merendah. “Aku tidak mungkin mengatakan hal-hal yang aku tidak tahu karena aku tidak bisa menjelaskannya.”
“Kau rendah hati.”
“Tolong jangan seperti ini.” Rosalynn berhenti dan berbalik menatap Darren dalam-dalam. “Aku tidak biasa begini.”
“Tidak biasa apa?”
“Di puji berlebihan.” Rosalynn mengembuskan napas panjang. “Aku tidak suka pada orang yang bermulut manis.”
“Kenapa?”
“Mereka penuh kepalsuan.” Tukas Rosalynn. “Mereka tidak tulus dalam ucapan dan hanya memikirkan cara agar mereka terlihat baik di mata orang lain. Itu munafik. Aku sangat membencinya.”
“Tapi aku tidak seperti itu.”
“Kalau begitu buktikan dan jangan hanya diucapkan.” Ujar Rosalynn lirih. Gadis itu kemudian menggosok matanya dengan ibu jari dan telunjuk. “Ayo kita cari tempat yang teduh untuk makan.”
Darren mengangguk dan berjalan mengiringi Rosalynn. Banyak hal yang remaja itu belum tahu. Banyak hal yang baru terungkap. Darren tidak sadar, pribadi Rosalynn lebih rumit dari yang dia pikirkan sebelumnya.
Aku pernah menjadi pacarnya dan aku tidak pernah menyadarinya. Dulu aku sama sekali bukan pacar yang baik.