Kisah di Akhir November

Roy Rolland
Chapter #17

Bagian Kedua: 12 - Truth or Dare?

“Rosalynn, kau masih bangun?” Tanya Darren sambil mengeratkan tangan Rosalynn yang melingkar di perutnya. “Rosalynn?”

“Aku masih bangun.” Jawab Rosalynn dengan gumaman tidak jelas. Gadis itu merebahkan pipinya pada punggung Darren. “Kenapa?”

“Aku hanya takut ada sesuatu terjadi padamu.” Jawab Darren pelan.

“Aku tidak selemah itu, Darren.” Tukas Rosalynn jengkel. Namun suaranya lemah. Jelas sekali kalau gadis itu kelelahan. “Tolong jangan meremehkan aku lagi.”

“Aku tidak meremehkanmu.” Darren mendesah. "Siapa pun pasti akan merasa lelah kalau naik motor selama ini."

Laki-laki itu melirik ke arah jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Perjalanan masih sangat jauh. Sebenarnya Pangandaran bisa di tempuh dalam waktu delapan hingga sembilan jam, namun karena mereka naik motor dengan kecepatan sedang, perjalanan menjadi dua kali lebih jauh.

Rosalynn tidak akan bisa bertahan, pikir Darren seraya memegang tangan Rosalynn dengan tangan kirinya. Kita harus beristirahat.

Mata Darren melebar saat melihat cahaya di ujung jalan. Rupanya ada restoran cepat saji yang buka 24 jam.

“Rosalynn,” panggil Darren. “apa kau lapar?”

“Aku baik-baik saja.” Jawab gadis itu.

“Jangan begitu, di depan sana ada restoran." Desak Darren. "Kau mau makan?”

“Mau!” Jawab Rosalynn antusias. “Aku sangat lapar dan lelah.”

“Ternyata benar, ‘kan?” Tekan Darren sambil tertawa. “Setelah makan kita cari tempat menginap. Kau setuju?”

“Kenapa harus menginap?” Rosalynn terdengar ngambek. “Kita bisa beristirahat saat sudah sampai di rumah nenekku dan ….”

“Perjalanan masih sangat jauh, Rosalynn.” Darren menerangkan dengan sabar. “Lagi pula sekarang sudah malam. Sangat berbahaya kalau kita naik motor di jalan sesepi ini. Kita bisa tertabrak truk atau ….”

“Iya-iya, aku mengerti.” Potong Rosalynn. “Maaf, aku sungguh tidak tahu. AKu tidak pernah berkendara sendiri sebelumnya.”

“Kalau besok kita berangkat pagi-pagi, kita pasti sudah sampai sebelum sore.” Darren menenangkan. “Kau setuju.”

“Iya, aku setuju.” Jawab Rosalynn.

“Bagus.”

Darren membelokkan skuternya. Masuk ke lahan parkir restoran. Hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir. Di dalam pun terlihat sepi. Walau begitu, Darren tidak mau ambil resiko.

“Naikkan hoodie-mu.” Pinta Darren. “Seperti yang aku bilang tadi sore, penampilanmu terlalu menarik perhatian.”

Rosalynn menganggum seraya menaikkan hoodie-nya hingga menutupi separuh wajah.

“Kau cari tempat duduk yang aman, sementara aku membeli makanan.” Darren mengangguk saat Rosalynn menunjuk ke sebuah tempat duduk yang terletak di pojokan. Tempat itu agak terlindung karena tertutup pilar. “Kau mau nasi atau burger?”

“Nasi,” jawab Rosalynn. “aku juga ingin aku perkedel dan cokelat panas sebagai tambahan. Oh, jangan lupa minta sendok dan garpu untukku.”

“Oke.” Darren meremas tangan Rosalynn yang dingin membeku sebelum berpisah.

Tidak memakan waktu lama bagi Darren untuk membeli makanan dan kembali dengan membawa semua pesanan mereka. Di luar dugaan Rosalynn makan dengan lahap. Tangannya sedikit bergetar setiap kali terangkat untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Jantung Darren terasa diiris saat memikirkan hal itu di dalam hatinya.

“Rosalynn,” tanya Darren. “tanganmu gemetar. Apa kau baik-baik saja?”

“Maaf,” Rosalynn menelan ludahnya dengan susah payah. “jantungku berdebar keras. Aku tidak pernah mengira akan berani melarikan diri dari rumah. Sesungguhnya aku bukan tipe anak pemberontak. selama ini aku selalu menurut pada aturan. Tapi kali ini, aku ....”

Rosalynn tertawa gelisah.

“Belum terlambat bagi kita untuk kembali.” Bujuk Darren. “Bagaimana kalau kita pergi ke rumah nenekmu dengan mengajak kakakmu, dia pasti akan ….”

“Tidak!” Rosalynn menggelengkan kepalanya. “Dia tidak akan peduli, Darren. Apa kau pikir dia bahkan tahu di mana letak rumah nenekku? Dia tidak tahu, Darren. Percayalh padaku.”

“Tapi bisa saja dia bertanya pada ayah-ibumu dan ....”

“Dia tidak akan melakukannya.” Rosalynn menggelengkan kepalanya seraya memasukkan nasi dan perkedel ke dalam mulut. “Dia selalu ingin terlihat sempurna. Dia tidak akan bilang apa-apa.”

Rosalynn menundukkan kepalanya dan memainkan nasi dengan sendok.

“Dia tidak memedulikan siapa pun selain dirinya.” Rosalynn mulai terlihat emosional. “Apa kau pikir dia peduli denganku? Tidak! Dia kakak yang menyebalkan. Tidak pernah dia mengajakku berbicara selain memberi perintah. Tidak ada yang keluar dari mulunya selain kata-kata omelan kalau aku menolaknya. Aku benci dengan dia! Aku benci! Aku benci! Aku benci!”

Rosalynn menangis. Tangisannya sangat lirih, hingga nyaris tidak mengeluarkan suara. Tidak ada yang bisa dilakukan Darren selain meraih tangan Rosalynn dan meremasnya. Ini sebagai tanda kalau dia selalu ada di sisinya.

“Maaf,” Rosalynn berusaha keras menghentikan tangisnya. “setelah mengenalku sekian lama, aku jauh dari kata anggun, iyakan? Aku tidak sebaik dugaanmu selama ini, ‘kan? Kau pasti kecewa padaku.”

“Selama ini aku melihatmu sebagai dirimu sendiri.” Darren meletakkan tangannya di pipi Rosalynn yang dingin. Rosalynn memejamkan mata dan mendengarkan Darren yang meneruskan ucapannya. “Tidak apa kalau kau ingin menangis. Luapan emosi yang kau keluarkan, kata-kata yang ucapkan dan dirimu yang bersikap apa adanya saat bersamaku, membuktikan kalau kita sudah dekat satu sama lain. Kau percaya padaku. Kau mau menunjukkan sisi dirimu yang selalu kau sembunyikan dari orang lain. Aku merasa terhormat untuk itu. Aku mencintaimu, Rosalynn. Kau tidak perlu berpura-pura di hadapanku. Kita telah ….”

Darren tidak sempat melanjutkan ucapannya. Seketika itu juga Rosalynn bangun dari duduknya yang berada di hadapan Darren. Gadis itu duduk di sebelah Darren dan memeluknya erat. Rosalynn kembali menangis.

“Terima kasih, Darren. Terima kasih …, terima kasih …, terima kasih ….” Bisik Rosalynn di tengah isak tangisnya. “Aku sungguh beruntung karena bertemu denganmu. Sekali lagi, terima kasih ….”

Darren menepuk punggung Rosalynn membisikkan kata-kata menenangkan agar gadis itu lega.

Pantas saja Rosalynn membunuh dirinya sendiri…. Aku tidak pernah menyangka Rosalynn serapuh ini …. Ya Allah, kenapa dulu aku begitu kejam?

……………………….

Ampunilah semua dosaku ….

******

Lihat selengkapnya