“Kau siap?” Tanya Darren dengan suara keras.
“Siap!” Penuh semangat Rosalynn mengangkat tangan kanannya.
“Pegangan yang erat, ya.” Darren menjalankan skuternya menuju ke jalan. “Kita berangkat.”
Saat ini jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi. Langit biru cerah. Semilir angin berembus membawa kesegaran. Rosalynn merapatkan pegangannya dan menyandarkan dagunya pada bahu Darren yang lebar. Hari ini terasa indah bagi Rosalynn. Dia merasa bebas. Sesuatu yang tidak pernah diperolehnya sejak mengidap leukoencephalopathy.
Rosalynn menghirup udara dalam-dalam. Udaranya bersih. Bahkan jauh lebih bersih dari Swargakarta yang membangun hutan kota dalam wilayahnya.
“Aku tidak ingin perjalanan ini berakhir.” Rosalynn mengeratkan pelukannya. “Ingin rasanya aku terus jalan denganmu hingga ke Bali.”
“Hanya Bali?” Komentar Darren. “Aku ingin pergi ke banyak tempat denganmu. Tidak hanya di Indonesia atau Asia. Bersamamu aku ingin ke seluruh dunia.”
“Itu tidak mungkin, Darren.” Rosalynn mendesah.
“Tolong jangan merusak suasana.” Ujar Darren serius. “Aku ingin kau sembuh. Apa salah kalau aku berharap begitu?”
“Tentu saja tidak salah.” Rosalynn menjawab sendu. "Hanya saja itu tidak mungkin."
“Jangan sedih begitu.” Darren tertawa. “Katakan, apa rencanamu saat kita sudah sampai ke rumah nenekmu?”
“Aku ingin main di pantai dan berenang bersamamu.” Jawab Rosalynn cepat. “Aku tidak tahu apakah aku berani berenang nanti. Aku sama sekali tidak bisa berenang. Ayahku melarangku belajar karena takut aku tenggelam. Bahkan aku dilarang mandi di bathtub. Aku sangat menyedihkan, iyakan. Banyak hal yang belum aku alami. Banyak pula hal yang belum aku lakukan. Hidupku belum sempurna.”
“Kalau kau memang sangat ingin berenang, aku bisa menjagamu.” Ujar Darren. “Aku cukup mahir berenang. Tapi, apa kau bawa baju renang?”
“Aku membawanya.” Rosalynn menengok ke arah Darren. “Kenapa wajahmu seperti itu?”
“Huh, apa?” Darren menyahut. “Aku biasa-biasa saja?”
“Jangan bohong. Apa kau begitu ingin melihat aku dalam baju renang?”
“Kata siapa?” Darren tertawa. "Aku tidak mengharapkan itu, kok."
“Bagus, karena kau pasti akan kecewa.” Rosalynn berkata lega.
“Kenapa?”
“Baju renangku.” Sahut Rosalynn. “Modelnya konservatif. Kau pasti kecewa.”
“Masa kau pikir aku akan kecewa dengan model baju renang yang kau pakai.” Tukas Darren sambil tertawa. “Aku bukan cowok yang picik semacam itu.”
Keduanya diam selama beberapa saat.
“Sebenarnya model baju renangmu seperti apa?” Tanya Darren penasaran. “One piece atau two piece?”
“Two piece.”
“Maksudmu bikini!”
“Sama sekali tidak.” Rosalynn tertawa. “Atasannya model tankini, sementara bawahannya boyleg short. Keduanya berwarna biru dan ada motif daun semanggi berwarna kuning dan jingga.”
Tankini? Boyleg Short? Darren sama sekali buta pada kata-kata itu. Ia pun akan memendam persoalan ini untuk sementara dan melihatnya langsung nanti.
Aku sudah tidak sabar, batin Darren.
Kemudian remaja mengembuskan napas dan mulai menikmati perjalanan mereka yang masih jauh.
Benar kata Rosalynn, hari ini sangat menyenangkan.
*****