"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,"
Suara Pak Wahyu selaku Kepala Sekolah di SMK Bhineka, menggelegar lewat pengeras suara yang terpasang di setiap sudut lapangan. Sontak membuat hiruk-pikuk dari siswa-siswi perlahan mereda, dan suasana menjadi hening. Lalu terdengar suara jawaban salam serentak dari siswa-siswi yang saat itu mulai fokus pada satu titik, yaitu kepala dekolah.
"Alhamdulillah, terimakasih anak-anakku semua. Pagi ini kalian bapak kumpulkan di sini untuk acara perkenalan dengan Kakak-kakak Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta, yang akan melaksanakan KKN selama kurang lebih dua bulan di sekolah kita ini. Untuk itu Bapak harapkan kalian bisa menjaga hubungan baik, saling membantu dan bekerjasama. Karena hakikatnya kalian sama-sama masih belajar...."
Entah bagaimana tadi Hania bisa berada di barisan paling depan. Di sebelah kiri barisannya adalah kelas 2AK5 dan sebelah kanan adalah kelas 2TB2. Hania mendesah lalu menyenggol pinggang Rena dengan siku kanannya. Ia mulai bosan dengan pidato dari Kepala Sekolah yang panjang lebar dan berbelit-belit, belum lagi pagi ini meskipun masih jam tujuh kurang tapi cuaca terasa panas.
Sesekali Hania menguap, semalam ia belajar hingga larut malam dan sekarang efeknya mulai terasa, yaitu rasa kantuk mendera dan parahnya kakinya mulai kesemutan. Ia bergerak tidak nyaman, melirik ke kanan kiri, ia menghela napas karena patah harapan. Tidak ada jalan untuk menyelinap tanpa diketahui guru yang berbaris menghadap ke arahnya.
"Apa?" bisik Rena, tubuhnya sedikit mendekat ke arah Hania.
"Gue capek, Ren," Hania balas berbisik.
Rena diam tampak berpikir, bibir mungilnya membentuk kerucut, lalu senyum licik tercetak di bibirnya.
"Lo, pura-pura pingsan aja, gimana?" usul Rena antusias.
"Ntar gue anterin, tapi gue balik ke sini, soalnya para Boyband cogan belum cuap-cuap," lanjutnya sambil nyengir.
Spontan Hania menoleh, dia tidak setuju dengan ide Rena yang dirasa beresiko. UKS itu ada dokternya, kalau ketahuan bisa malu sampai lulus, belum lagi hukuman yang akan mereka dapatkan nanti. Membayangkannya saja sudah membuat Hania tidak mau melakukannya.
"Nggak, gue nggak mau. Ntar gue pingsan beneran, lagi?! Apalagi kalau sampai ketahuan, ih ngeri gue, nggak mau ah!" Ia berbisik tajam.
"Ya udah, lo tunggu aja sampe acara kelar. Lagian, bentar lagi para boyband cogan itu bakal memperkenalkan diri, ihh udah nggak sabar...." Rena terkikik, matanya tak lepas memandang lurus ke tengah lapangan, dimana ada delapan cowok ganteng memakai jas Almamater berwarna biru tua berjajar rapi.
"Tuh, kan, apa gue bilang, cogan semua, rapi-rapi semua, pasti juga wangi semua. Jadi semangat banget nih masuk sekolah,"
Hania menggeleng mendengar gumaman Rena yang pelan tapi menggebu-gebu itu.
"Assalamu'alaikum, Adik-adik," ucap salah satu Mahasiswa itu, dan dijawab serentak oleh siswa-siswi terutama para siswi yang riuh bertepuk tangan dan menjerit-jerit tidak jelas. Cowok ganteng itu tersenyum, lalu berjalan maju, mendekati barisan siswi yang paling heboh, hingga membuat suara teriakan semakin kencang.
"Perkenalkan, nama saya Agustian Ekadana, panggil saya Kak Dana, saya Mahasiswa UIN SUKA, semester tujuh, Fakultas Sains dan Teknologi, dan saya mengambil bidang studi Pendidikan Matematika. Saya berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Saya suka belajar, membaca banyak buku, mencari pengalaman baru dengan melakukan petualangan ke alam bebas. Saya juga suka berteman dan saya senang berada di perpustakaan. Intinya, saya kutu buku yang tidak berkacamata. Apa ada yang memiliki hobi seperti saya?" semua siswi menjerit. "Itu saja sekilas tentang saya, bagi Adik-adik yang ingin bertanya, saya persilakan." ia menoleh ke kanan lalu ke kiri, menunggu pertanyaan.
"Saya, Kak!" semua siswa langsung menoleh ke arah asal suara. Kak Dana tersenyum lalu mempersilakan.
"Kakak, udah punya pacar belum?"
teriak salah satu siswi yang tidak lain adalah Siska. Lalu disambut teriakan, "Huuuuuuuuuu!" dari siswa lain. Hingga terjadi keriuhan sejenak.
"Dasar, nggak tahu malu," gumaman pelan suara cowok terdengar di belakang Hania, membuat dahinya berkerut. Pasalnya ia mengenali suara itu, Dion.
Karena penasaran dan ingin memastikan, Hania menengok ke belakang, dan benar saja, Dion sekarang sedang nyengir ke arah Hania.
Ughh! Kok pas banget Dion lagi liatin gue sih? Ntar disangkanya gue penasaran!
"Hai," sapa cowok itu tanpa suara sambil melambai, Hania tersenyum kaku lalu mengangguk sebelum kembali menatap ke tengah lapangan.