Suara gebrakan meja terdengar begitu keras. Ini sudah biasa, tidak asing lagi bagi lelaki yang kini baru saja memasuki rumahnya. Hari sudah malam, ia baru pulang ke rumah dengan jaket kulit yang membalut tubuhnya, serta rambutnya yang terlihat berantakan.
“Ini surat apa?” Pria dengan tubuh jangkung tegak, usianya sekitar 40 tahun. Pria itu memegang amplop berlabel nama sekolah. “Apa yang kamu sembunyikan?”
“Surat dari sekolah.”
“Gak kamu kasih sama Papa dan Mama?” tanya pria itu masih dengan emosinya. “Papa sama Mama wajib tau, Adrian. Kenapa kamu gak kasih tau?”
Lelaki bernama Adrian itu menghela napasnya kasar, tersenyum sinis pada kedua orangtuanya. “Papa sama Mama peduli? Enggak akan, kan?” Ucapannya terdengar kesal.
“Terus? Kamu bawa orangtua siapa?” tanya Sean, papanya.
“Bukan urusan Papa,” sahut Adrian. “Papa gak peduli juga.”
Mila, mamanya, berusaha menenangkan sang suami agar tidak semakin emosi. “Pa, sabar. Jangan emosi, kasian Adrian baru pulang.”
“Jawab pertanyaan Papa dengan benar Adrian! Kamu jadi anak gak sopan!” bentak Sean. Emosinya sudah meningkat akibat jawaban putranya tadi. Sean harus tau apa yang dilakukan anaknya di sekolah.