kisah kami, kisah kamu?

Dingu
Chapter #3

III(BARENG IBU)

Terdengar suara berisik dari ruang tamu, suara wanita separuh baya yang saling menyahut. Entah, gosip apa yang mereka ucapkan. Semakin lama semakin kuat terdengar ucapan dari mereka sampai aku punasaran dan menerka-nerka apa yang mereka bahas saja.

"Bintang mana airnya?" teriak Ibu dan membuat ku terburu-buru memasukkan beberapa balok es ke dalam setiap gelas.

Dengan tergesa-gesa aku membawa ke ruang tamu dan menyajikan ke ibu dan beberapa wanita separuh baya, sepertinya teman Ibu dari anggota arisan komplek perumahan. Terlihat juga beberapa kalung dan gelang emas yang sudah ada di leher dan tangan mereka, termasuk ibu yabg memamerkan keindahan emas yang baru dibelikan Ayah beberapa hari yang lalu. Aku yakin mereka memang sengaja memamerkan emas dan menunjukkan seberapa kaya suami mereka.

Aku hanya diam berdiri di samping Ibu sembari mendengarkan obrolan mereka. Obrolan mereka benar-benar membuat rumah sangat berisik dan seperti sedang mengalami perdebatan, tapi perdebatan mengenai arisan.

"Sudahlah jeng, ayu kita kocok arisannya," perintah Tante Mira, teman Ibu sekaligus pemain utama di dunia arisan ini dan dibalas anggukan dari mereka semua.

Tante Mira mengocok sebuah botol kecil yang sudah dituliskan nama mereka di sebuah kertas. Terdengar juga ucapan sebuah harapan dari mulut mereka kecuali Tante Mira mengingat Tante Mira menang bulan lalu sehingga dia ga ikut tulis namanya di dalamnya kali ini.

"Semoga dapat, semoga dapat," gumam Ibu perlahan dengan mata yang masih fokus ke tangan Tante Mira.

Sebuah kertas keluar dari botol tersebut setelah beberapa kali kocokan dari Tante Mirna. Tante Mirna mengambilnya dan melihat. Tindakannya membuat semua orang berharap dan berdoa akan nama mereka sendiri di kertas tersebut. Wajah mereka juga sedikit tegang denga mulut yang tidak henti komat kamit memancarkan doa penuh harapan.

Aku melihat Ibu yang sudah memejamkan mata dan masih dengan kalimat tadi. Instingku mengatakan bahwa kali ini bukan Ibu, tapi orang lain tapi aku memilih diam dan berharap semoga instingku salah kali ini. Aku menatap yang lain juga dengan masih memejamkan mata menunggu nama yang akan diucapkan oleh Tante Mira yang sengaja mengucapkan lambat untuk membuat kami penasaran dan merasakan ketegangan.

Lihat selengkapnya