KISAH-KISAH SEORANG SASTRAWAN

Ranang Aji SP
Chapter #5

KISAH 5

KISAH 5

 

Jono jarang keluar kamar. Dia keluar kamar hanya bila Fuadi mengajak. Setidaknya jika pergi bersamanya, pikirnya, dia punya harapan untuk mendapatkan uang yang dia butuhkan. Itu semua berkat Fuadi lebih suka berkumpul dengan preman-preman pasar, tukang parkir untuk bermain judi kecil-kecilan di pasar. Biasanya adalah jenis permainan catur yang disebut ‘tiga langkah mati’. Judi itu biasanya menantang siapa saja untuk mematikan langkah bidak dalam tiga langkah. Mengira begitu mudah, Jono awalnya berani mempertaruhkan seluruh uang saku sebulan di dalam sakunya, sejumlah lima puluh ribu lima ratus rupiah. Hasilnya, uang makannya sebulan ludes tak tersisa dan ia harus menunggu Fuad mendapatkan uang dari permainan kartu yang lamanya bisa membuatnya mati bosan.

Karena kehabisan uang saku, Jono berharap Fuadi bisa menggantinya. Dan temannya itu dengan keterampilannya dan rasa belas kasihnya lantas mengambil uang taruhan orang lain dengan diam-diam, lalu memberikannya pada Jono. Ketika orang itu ribut karena kehilangan uang, semua orang menjadi waspada dan saling mencurigai. Namun, karena rasa frustasi yang berlebihan, amarah semua orang bisa begitu saja meledak dan menyulut perkelahian. Di saat seperti itu Fuadi segera mengajak Jono pergi.

Begitulah, ketika Jono tak memiliki kegiatan Bersama Fuadi, dia lebih memilih di dalam kamar untuk membaca atau melatih keterampilan menulisnya. Akibatnya, teman-temannya menjadi salah sangka dan sering membicarakannya.

“Bocah itu berat, seperti batu yang tenggelam dalam lautan,” kata Karnaji.

“Sudah sering kuajak bergabung dalam bisnisku yang paling menguntungkan di dunia, tapi tak juga mau.” Karnaji menyesalkan, seolah seorang pahlawan yang gagal menyelamatkan keadaan.

Tapi Fuadi yang merasa sudah mengenal Jono Winoto lebih baik dari yang lain, menolak anggapan itu. Melalui istilah-istilah psikologisnya, dia mencoba membela keadaan Jono Winoto yang menolak ikut bisnis Karnaji. Meskipun kemudian Fuadi membuat kesimpulan yang tak pernah pasti tentang Jono yang pada sisi tertentu mereduksi keseluruhan pengamatannya dengan kesimpulannya sendiri tentang keadaannya itu. Fuadi menduga Jono Winoto tengah mengalami krisis kepercayaan tertentu terhadap tampangnya yang sering diperdebatkan oleh banyak orang, yaitu apakah Jono Winoto itu jelek atau ganteng.

Karena ada perdebatan fisiologis, Fuadi Alamsyah dengan lagak kebijakannya yang lebih menyerupai ejekan, meskipun hanya bermaksud bercanda, dia mengatakan pada Jono bahwa penting baginya untuk membangun rasa percaya dirinya. Tapi semua itu hanya bisa dilakukan dengan satu cara, katanya.

Lihat selengkapnya