KISAH-KISAH SEORANG SASTRAWAN

Ranang Aji SP
Chapter #8

KISAH 8

KISAH 8

 

Ketika waktu menuju siang, seorang tamu datang ke tempat kontrakan dengan sebuah mobil. Pemuda itu bernama Danu Wirya, dia adalah teman Lilik yang hendak diperkenalkan padanya, salah seorang anggota himpunan mahasiswa yang terlihat militan. Wajahnya tampan dengan alis tebal dan mata yang tajam menuju congkak. Danu Wirya membawa sedan berwarna hitam mengkilap yang tampak kontradiktif dengan keadaan rumah kontrakan yang kusam. Meskipun begitu, ia hidup bersama para aktivis yang kritis dan dikenal sebagai salah satu anggota yang militan. Kata Lilik, semua kekurangan keuangan organisai selalu ditutup oleh Danu Wirya. Akibatnya dia menjadi memiliki semacam hak veto dalam organisasi. Setiap keputusan penting menjadi bergantung padanya. Sebagian anggota memang menentang, tapi karena mereka tak memiliki kekuatan suara, hasilnya tetap pada kemauan Danu.

“Begitulah sisi lain demokrasi,” kata Lilik. “Uang bisa mengubah aturan.”

“Kalau semua berdasarkan kekuatan uang, apa jadinya negara ini?”

“Itu realitas demokrasi,” jawab Lilik.

“Jadi, dia nanti yang menentukan arah lembaga yang kamu bikin?”

“Kita lihat saja nanti.”

Lihat selengkapnya