KISAH-KISAH SEORANG SASTRAWAN

Ranang Aji SP
Chapter #16

KISAH 16

KISAH 16

 

Komputer dari Jamal terbukti sangat berguna. Setelah menyelesaikan beberapa puisi dan cerpen, sebulan kemudian Jono tak mampu menahan dirinya untuk datang pada Dayat yang membuka toko servis dan jual-beli komputer. Di ruangan yang tak bergitu luas di sekitar Panti Rapih, di antara rak dan esatalase yang dipenuhi onderdil-onderdil komputer, Jono bicara pada Dayat yang duduk di kursinya di belakang estalase. "Tolong, pinjamin aku uang." Jono berkata langsung. Dayat melihat tamunya dari balik kacamatanya yang tebal. Wajahnya lurus dan dingin. Suara motor jenis RX-King terndengar seperti petir melewati jalan. Setelah beberapa detik kemudian, Dayat tersenyum. "Kamu lama tak ada kabar, begitu datang pinjam duit." Jono melangkah dua tindak dan duduk di bangku kecil di depan estalase. "Aku butuh uang dua ratus," katanya. "Komputerku jaminananya." Dayat tak menjawab. Wajahnya berpaling pada perangkatnya dan tangannya memegang galvanometer. "Aku butuh uang," Jono bicara dengan nada meminta perhatian. "Aku juga butuh duit," kata Dayat tanpa berpaling.

"Kubawa nanti ke sini barangnya," kata Jono.

"Lagi sepi, belum ada uang,"

Dayat melepas kacamatanya dan mengucek matanya dengan punggung tangan.

"Akan aku balikkan bulan depan. Aku ada honor nulis bulan depan."

"Tak ada dua ratus," Dayat melunak.

"Kasih seratus lima puluh aja kalo begitu."

"Tak ada."

"Seratus kalau begitu."

"Bawa ke sini."

*****

Ketika bangun pagi di kamarnya, Jono merasakan kesunyian yang mencekam. Dunia seolah telah kosong. Tak ada suara, tak apa pun kecuali detak jantungnya. Dengan gerakan yang berat dia bangun dan mengintip celah jendela yang menyala. Ada cahaya seperti berkas kilat. Perutnya perih. Semalam dia hanya makan tiga bakwan milik temannya di Tamansari. Mereka minum sebotol anggur yang disediakan temannya. Dia pulang dini hari dan mencoba menulis di buku tulis sebelum kemudian akan meminta tolong temannya untuk mengetik di komputer dan menyimpannya dalam disket. Sudah sebulan lewat seperti janjinya mengambil kembali komputernya di toko Dayat. Setelah tak menemukan makanan dan putung rokok di kamarnya, dia keluar untuk melihat jam dinding di ruang tengah yang ternyata menunjukkan pukul sepuluh. Semua kamar teman-temannya tertutup. Sunyi. Dia tak tahu mereka ada atau pergi. Tapi rasa laparnya semakin menguat. Di ruang tengah dia menemukan putung rokok kretek yang masih agak panjang dan segera menyulutnya di dapur.

Lihat selengkapnya