Kisah Klasik Untuk Sherly

NonaAns
Chapter #3

Kanebo Kering vs Kepala Batu

"Ada apa, Ndan?"

Beberapa orang anggota, termasuk Adit berlari menuju pos penjagan. Di sana, ia melihat seorang perempuan berambut panjang dengan kuncir sedang diikat tangan dan kakinya di sebuah bangku.

"Ada penyusup!"

"Gue bukan penyusup! Lo budeg apa gimana, sih? Gue ini relawan! Daritadi gue udah jelaskan, gue relawan, tapi lo terus nuduh gue mata-matalah, penyusuplah! Gila kali lo!" ucap Sherly kesal. Ia berusaha melepaskan tangan dari tali merah yang mengikatnya.

"Daritadi juga saya minta identitas kamu, tapi nggak bisa menunjukkan. Darimana saya percaya kalau kamu relawan?"

"Tas gue hilang!"

"Alasan!"

Sherly menggeram kesal. Ia menatap malas pada Angkasa yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya. Salahnya juga yang terlampau penasaran. Awalnya, Sherly memang ingin ke kamar mandi, dalam perjalanannya, ia melihat sekelebat bayangan beberapa orang di balik pepohonan. Karena rasa penasaran, ia pun memutuskan untuk melihatnya. Namun, ia justru terkejut karena melihat beberapa orang bersenjata sedang berdiri di sana.

Sherly terkejut saat orang-orang itu hendak mengeksekusi seorang laki-laki paruh baya, tepat di tengah hutan. Ia sedang merekam kejadian itu, tapi sayangnya, Sherly ketahuan. Ia terkejut dan segera berlari sekuat tenaga menjauh dari tempat itu. Sialnya, tas selempang berisi dompet dan ponselnya terjatuh.

"Berapa kali harus gue bilang? Gue ini relawan, baru datang. Kenapa lo nggak tanya aja, sih sama anggota lo yang tugas jemput kami? Di sana ada temen gue, namanya Aryo. Dia pimpinan kelompok relawan. Mereka pasti sekarang juga lagi bingung nyariin gue!" ucap Sherly kembali dengan nada tinggi.

Mendengar penjelasan itu, Adit kembali teringat akan sesuatu. Ia mendekati Angkasa dan sengaja berbisik dengan komandannya itu.

"Kayaknya benar dia relawan, Ndan."

Angkasa mengernyit. "Tahu darimana?" tanyanya.

"Tadi ada orang yang nanya ke saya kalau ada anggotanya yang belum kembali dari kamar mandi. Mungkin dia orangnya, Ndan."

Angkasa kembali menatap Sherly dengab sebelah matanya.

"Yang belum kembali laki-laki atau perempuan? Namanya siapa?"

Adit diam. Dia berpikir sejenak. "Seingat saya perempuan, Ndan, tapi saya nggak tanya namanya."

"Panggil pimpinan kelompoknya. Kalau yang ini benar anggotanya, biar dia ambil sendiri!" ucap Angkasa tegas.

Adit segera berujar siap. Ia pun berlari tergopoh-gopoh mencari Aryo dan segera membawa pemuda itu ke pos penjagaan.

Aryo terkejut saat melihat Sherly terikat di bangku tepat di tengah pos penjagaan itu.

"Astaga, Sher?"

Sherly mendongak. Seketika ia menangis histeris, haru bercampur senang karena pada akhirnya ada orang yang dapat menyelamatkannya. Bersyukur rasanya Aryo segera datang untuk menolongnya dari tentara gila yang menuduhnya penyusup.

Angkasa menoleh, ia baru saja akan menyecap kopinya, tapi segera ia letakkan saat mendengar suara Aryo dari luar pos. Angkasa memandang sejenak. Tatapan Angkasa yang mengintimidasi itu sempat membuat Aryo kesulitan menelan salivanya.

"Temennya, Mas?" tanya Angkasa memastikan.

"Iya, Mas."

"Aryo, bebasin gue! Tentara di sini sinting, masa gue dituduh penyusup?" teriak Sherly kesal.

Aryo tersenyum kaku. Ia kembali menatap Angkasa takut-takut.

"Dia teman saya, Mas. Bukan penyusup. Kami baru saja datang," jelas Aryo.

"Tuh, dengar, kan, Kanebo kering, gue ini relawan! Sekarang, lepasin talinya!"teriak Sherly lagi seraya mengulurkan kedua tangannya dengan kesal.

Angkasa menggeram. Ia segera mendekat dan membuka tali yang mengikat tangan serta kaki Sherly. Sherly segera berdiri. Matanya menatap sengit pada Angkasa. Seragam loreng yang dikenakan Angkasa tidak membuat nyali gadis itu ciut. Napasnya memburu, ia menjulurkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Angkasa.

"Gue tandain lo!" ucap Sherly geram sebelum melangkah pergi bersama Aryo.

Angkasa membuang napas kasar. Ia menggeleng beberapa kali seraya berkacak pinggang.

"Perempuan macam apa model begitu?" gumamnya heran.

"Jangan diambil hati, Ndan. Perempuan emang suka cari perhatian. Nggak usah terlalu dipikirkan juga, nanti jatuh cinta," goda Adit seraya menahan senyumnya.

Angkasa menatap tajam ke arah Adit. Ia menggeram kesal sembari kembali mengambil kopinya.

"Sikap taubat!"

"Siap, salah!"

"Asal kamu tahu, selera saya lebih bagus dari perempuan yang itu!" ucap Angkasa kesal.

"Lebih bagus, tapi masih jomlo!"

Angkasa kembali menoleh pada Adit dan beberapa anggota lainnya yang mulai terdengar cekikikan, mencoba menahan tawa sedapat mungkin. Wajah mereka tampak mengejek. Memang dari para prajurit yang bertugas disana, Angkasa sepertinya yang paling jarang berurusan dengan masalah percintaan.

Lihat selengkapnya