Saat aku berumur sekitar tiga atau empat tahun, aku memiliki seorang teman yang aku panggil 'kakak'. Kakak ini sering berada di ruang tempat untuk mencuci baju yang terletak di samping kamar mandi. Ia sering berdiri dipojokan dengan baju putih yang panjang dan rambut yang sangat panjang, menutupi wajahnya. Aku takut? Tentu tidak. Karena aku tidak mengerti sama sekali. Yang aku tahu, ia adalah temanku.
Kakak tidak pernah bicara sama sekali denganku, ia sangat pendiam. Hanya aku saja yang sering mengajaknya bicara. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Jika kalian bertanya apa tanggapan orang tua dan orang orang sekitarku? Aku rasa mereka menganggap aku aneh karena suka bicara sendiri.
Hal yang paling aku ingat soal kakak adalah saat aku berada di kamar sendirian, aku duduk di pinggir kasur bersama kakak. Kakak duduk dengan kedua tangannya ditaruh di pahanya, kepalanya juga selalu agak menunduk. Saat aku kecil, aku tidak punya boneka ataupun mainan apapun. Jadi, aku memainkan jariku bersama kakak. Cara mainnya? Aku hanya merenggangkan jari - jariku dan bertanya, "kakak, kakak bisa begini nggak?". Kakak sama sekali tidak merespon dengan pertanyaanku.
Aku masih ingat jari - jari kakak yang panjang dan sangat pucat malah terlihat seperti berwaran abu - abu muda. Tangannya sangat kurus. Seperti tulang berbalut kulit, dengan kuku yang sangat panjang. Saat aku melihat jari - jari kakak, aku tidak takut mau pun heran. Aku pikir itu adalah hal yg normal.