*CATATAN*
Ini adalah sebuah kisah fiktif yang tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Tokoh dalam cerita tersebut terinspirasi dari beberapa nama tokoh agama dan kerajaan di Indonesia.
Be smart readers
Don't copy this story!
.
.
.
Alkisah diceritakan bahwa penunggu hutan belantara di kaki Gunung Agung adalah sesosok ular raksasa yang sangat dermawan. Dia tinggal di sebuah gua yang ada di kaki gunung di tengah-tengah hutan yang sangat luas. Pepohonan di hutan itu sangatlah banyak dan rindang, hewan-hewan liar masih banyak yang berkeliaran dengan bebas dan hidup sejahtera. Konon, ular itu adalah penjaga alam di wilayah timur yang terkenal sangat sakti. Banyak orang yang datang ke sana untuk mencarinya, namun tidak ada satupun dari manusia yang bisa melihat dan menemukannya. Hingga pada suatu hari, seorang anak muda datang dengan keberanian dan keserakahan hatinya untuk menemui penjaga hutan tersebut.
"Hai, Anak Muda, apakah kau memanggilku?"
Ular itu akhirnya keluar dari dalam gua setelah beberapa kali bunyi gemerincing lonceng ia bunyikan. Anak muda itu tersenyum, lantas menyembunyikan benda berwarna kuning keemasan itu di dalam pakaiannya. Dalam hati, ia terkagum-kagum melihat sosok hewan aneh berbentuk ular besar tersebut yang baru pertama kali ia lihat seumur hidupnya. Beberapa kali ia hanya mendengar desas-desus warga yang menceritakan tentang keberadaan sosok itu yang sangat sulit ditemukan. Beruntunglah dirinya bahwa ayahnya ternyata memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sosok besar itu.
Tubuh besar ular itu mengambang di udara. Panjang badannya hingga berpuluh-puluh meter, sepertinya ia bisa memeluk seluruh hutan ini dengan tubuhnya tanpa kesusahan. Sisiknya berwarna emas dan sangat berkilau. Kedua sayap besar dan kokoh itu sesekali membentang, menghalau cahaya yang menyinari hutan ini. Dia mengenakan sebuah makhota yang penuh dengan berlian warna-warni yang sangat indah. Sisik di bagian punggung belakangnya berwarna merah menyala. Sungguh pemandangan yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Dia masih tidak percaya bahwa ada sosok ular seperti itu yang bisa mengabulkan banyak permintaan. Karenanya dia memanggil ular itu agar mengabulkan permintaannya.
"Apakah kau mengenalku, Wahai Ular Sakti?"
"Tentu saja, Anak Muda. Kau adalah putra dari temanku, Sidhi Mantra," jawab ular itu dengan suara yang menggelegar.
"Kalau begitu, bantulah aku," ujar pemuda itu.
"Apa permohonanmu?"
"Aku sedang menghadapi sebuah masalah besar, Wahai Ular Sakti. Banyak orang yang mencariku, mendatangi rumahku agar aku segera melunasi semua utang-utangku. Kau tahu bukan, jika aku tidaklah kaya. Maka berikanlah aku harta agar bisa melunasi semua utangku dan menyingkirkan orang-orang jahat itu."
Ular itu mengiyakan permintaan pemuda tersebut. Dia menggoyangkan tubuhnya hingga beberapa sisik terjatuh ke atas tanah dan berubah menjadi kepingan emas. Pemuda itu sangat senang melihat kepingan emas yang berjatuhan dari langit lalu memungutinya dengan semangat, memasukkannya ke dalam kantong kain yang dibawanya. Setelah semua emas ia punguti, ular besar itu tiba-tiba berhenti menggoyangkan tubuhnya. Pemuda itu terkejut sebab kepingan emas yang dikeluarkan ular tersebut hanya sedikit.
"Kenapa kau berhenti menggoyangkan tubuhmu?"
"Apakah kepingan emas itu belum cukup untukmu?"