Kisah Para Penyamun dan Tujuh Pemberani

Dirman Rohani
Chapter #10

Tuan Raksasa 2

Tuan Raksasa 2

Dua tahun kemudian.

Seperti biasanya, empat atau enam bulan sekali banyak truk keluar masuk kampung untuk membawa hasil bumi ke kota. Cengkeh, durian, kopi, nilam, pinang, mangga, manggis, serta buah-buahan lain.

Di jalan yang menikung dan agak menurun sebelum pos serdadu, tiba-tiba sebuah truk terguling. Hampir saja kepalaku terbentur kaca depan Jip karena tindakan spontan ayah yang memijak pedal rem. Untung saja bak truk yang terguling itu berada di luar badan jalan sehingga tidak tertabrak kepala Jip.  

“Kenapa truk itu, Yah?” 

“Mungkin bola setirnya putus!” 

Seseorang yang keluar dari truk lari tergopoh-gopoh mengarah ke pohon-pohon di kaki bukit. Puluhan serdadu segera mengejarnya karena gelagatnya yang tampak mencurigakan itu. Tapi ....

“Yah, itu Bang Yudi!” 

“Yang keluar dari truk?” 

“Iya! Bang Yudi, Yah.”

“Kenapa dia lari,” gumam ayahku.

Dua tembakan laser yang diarahkan ke atas sebagai tembakan peringatan menghantam dahan pohon di atas kepala Bang Yudi, menimbulkan percikan kecil kembang api dan menghanguskan daun-daunnya. Tapi Bang Yudi tidak berhenti. Setelah melewati sebatang pohon beringin besar, dia tidak terlihat lagi, menghilang di dalam belukar yang menyemak di bagian lekuk bukit tempat pepohonan besar berdiri tegak berimpit-impit. Agak jauh sebelum itu di sela-sela pohon durian para serdadu masih terlihat berusaha mengejarnya.

Truk yang terguling itu digeledah oleh beberapa serdadu lain. Aku, ayahku, beserta orang-orang yang kebetulan melewati jalan ini menyaksikannya dari pinggir jalan.

Sebilah sangkur di tangan seorang serdadu tangkas merobek sebuah karung yang tadi terlempar keluar dari truk. “Biji pinang, Dan,” kata si serdadu.

Mata komandan serdadu tertuju ke tumpukan karung yang sebagian masih berada di dalam truk. “Bongkar semua!” perintahnya.

“Siap, Dan!” sahut para serdadu.

Sebelum semua karung dikeluarkan dari bak truk, sangkur merobek satu karung lagi dan menyebabkan mata si serdadu membelalak!

“Ganja, Dan!”

“Wira satu, Wira dua melapor.” Terdengar suara panggilan dari alat komunikasi di tangan komandan serdadu.

Lihat selengkapnya