Tuan Bhan 7 konsep
Aku sangat senang. Adikku diterima di Akademi Sains dan Teknologi. Semua mahasiswanya diasramakan dan dia sudah berada di sana.
Berita tentang audisi pertarungan itu semakin sering muncul di televisi. Tidak lama lagi, beberapa bulan lagi pendaftarannya dibuka. Aku semakin bersemangat. Heaaat! Tendangan putar melingkar mengakhiri iklan minuman penambah energi dan stamina yang menjadi sponsornya. Aku berdiri tegak dan mengepalkan tangan di depan televisi; aku menatap sebuah poster besar bergambar dua lelaki kekar yang tengah bertarung. Aku akan datang. Aku harus datang! Aku akan ke sana!
“Bhan!” Suara pamanku membuyarkan khayalanku.
Aku membuka pintu. “Paman. Masuk Paman.”
Tangan pamanku menenteng sebuah rantang. “Ini ikan asam pedas dari makcikmu. Ikan di kolam sudah besar.”
“Nanti Bhan carikan lagi benihnya di sungai.” Lalu aku juga memberi tahu pamanku, aku akan kembali ke kota.