Kisah Para Penyamun dan Tujuh Pemberani

Dirman Rohani
Chapter #28

Tuan Raksasa 11


Adin dan semua kawanku di kota utara tidak kuberitahu. Aku pergi diam-diam. Pagi itu bus membawaku pulang. Koran pagi yang kubeli di terminal, berita halaman pertamanya mengenai banyaknya gedung pengadilan di kotaku yang dibakar. Yang terpikirkan olehku, karena peperangan dan konflik politik di sana, pastilah aku sudah dilupakan sejenak oleh para penegak hukum.

Bus diberhentikan di perbatasan kota. Puluhan serdadu bersenapan laser bersiaga di kiri-kanan jalan. Tiga serdadu naik dari pintu depan seraya berkata, “Maaf, Bapak-Ibu, yang laki-laki keluarkan KTP-nya.”

Kemudian dua serdadu memeriksa KTP setiap penumpang seraya terus berjalan sepanjang lorong di antara barisan kursi bus. Seorang serdadu agak lama memperhatikan KTP-ku. Moncong senapannya menempel di lenganku, terasa sedingin es, sebeku telapak tanganku, entah terbuat dari bahan apa larasnya itu. Aku diam saja seraya mengatur aliran napas perutku yang secara perlahan kuembuskan melalui mulut untuk menghilangkan rasa gugup yang mendera.

“Ada keperluan apa di utara?!” tanya si serdadu tegas.

Lihat selengkapnya